Ini mungkin disebabkan oleh nutrisi yang diperoleh tanaman secara instan, tanpa proses alami penyerapan nutrisi yang lebih lambat seperti yang terjadi dengan pupuk organik.
Penurunan kualitas rasa ini tidak selalu terjadi, tetapi ada pendapat umum yang mengatakan bahwa pupuk kimia dapat menyebabkan penurunan keanekaragaman senyawa organik dalam tanah, yang pada gilirannya dapat memengaruhi rasa sayuran.
Sebagai contoh, tomat yang ditanam dengan pupuk kimia mungkin terasa kurang manis atau tidak terlalu kaya rasa dibandingkan dengan tomat organik.
Sayuran yang dipupuk dengan pupuk kimia sering kali dikritik karena teksturnya yang berbeda dari harapan banyak orang.
Beberapa orang menggambarkan pengalaman mereka ketika memakan sayuran ini sebagai sesuatu yang jauh dari menyenangkan. Mereka mengatakan bahwa sayuran yang dipupuk dengan pupuk kimia terasa keras dan liat.
Saat dikunyah, rasanya seperti memakan kulit binatang yang keras dan liat, tanpa daging yang lembut untuk dinikmati. Tekstur ini membuatnya sulit dikunyah, bahkan dengan gigi yang kuat sekalipun, memberikan sensasi makan yang tidak nyaman.
Sebaliknya, sayuran yang dipupuk dengan pupuk organik menawarkan pengalaman yang sangat berbeda. Mereka digambarkan memiliki tekstur yang lembut dan renyah, memberikan rasa yang segar dan alami.
Saat dimakan, sayuran ini terasa ringan di mulut dan mudah dikunyah, memberikan kepuasan yang tinggi bagi para penikmat sayur. Renyahnya sayuran organik tidak hanya membuatnya lebih enak, tetapi juga memberikan rasa yang lebih segar dan alami, seolah-olah mengandung lebih banyak kehidupan dan kesegaran dari tanah.
Bagi banyak orang, perbedaan tekstur ini cukup signifikan, sehingga mereka lebih memilih sayuran organik, meskipun proses pertumbuhannya mungkin memakan waktu lebih lama.
Rasa lembut dan renyah dari sayuran organik memberikan kenikmatan yang lebih besar dibandingkan dengan sayuran yang dipupuk kimia, yang meskipun tampak segar, tidak memberikan kepuasan yang sama saat disantap.
  Rasa Sayuran dengan Pupuk Organik