Kurangnya Kontrol Diri dan Ketidaksiapan Emosional
Remaja berada pada tahap perkembangan di mana kontrol diri dan pengambilan keputusan masih dalam proses pematangan.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget menjelaskan bahwa pada usia remaja, individu baru mulai mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka. Keterlibatan dalam seks bebas sering kali terjadi sebagai hasil dari impuls atau tekanan emosional, tanpa mempertimbangkan risiko yang ada.
Ketidakstabilan emosional pada masa remaja juga membuat mereka rentan terhadap pengambilan keputusan yang didorong oleh dorongan sesaat, seperti rasa ingin tahu atau keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari teman sebaya.
Ketidakmampuan untuk mengenali dampak psikologis dari aktivitas seksual dapat menyebabkan rasa penyesalan, kecemasan, atau depresi di kemudian hari.
Ketidakstabilan Keluarga dan Pengasuhan yang Tidak Memadai
Kondisi keluarga yang tidak stabil, seperti perceraian, konflik orang tua, atau kurangnya perhatian, juga dapat menjadi faktor pendorong perilaku seks bebas di kalangan remaja.
Remaja yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak mendukung secara emosional cenderung mencari pengganti kasih sayang atau perhatian di luar rumah, yang sering kali berbentuk hubungan romantis atau seksual.
Teori Keterikatan Bowlby (1969) menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak memiliki keterikatan yang aman dengan orang tua atau pengasuh mereka cenderung mencari pengganti keterikatan tersebut melalui hubungan interpersonal yang intens.
Bagi remaja, hubungan ini bisa mengambil bentuk hubungan seksual, meskipun mereka mungkin belum siap secara emosional atau psikologis untuk menghadapi konsekuensi dari hubungan semacam itu.
Dampak Seks Bebas di Kalangan Remaja