Pergeseran Nilai Sosial dan Budaya
Di banyak negara, norma-norma sosial dan budaya tentang seksualitas telah mengalami perubahan signifikan selama beberapa dekade terakhir.
Nilai-nilai yang dulunya menganggap seks sebagai sesuatu yang sakral dan harus dilakukan dalam institusi pernikahan kini lebih sering dianggap sebagai pilihan pribadi yang tidak terikat oleh norma tradisional.
Di masyarakat yang semakin individualistis, remaja mungkin merasa bebas untuk mengeksplorasi seksualitas mereka tanpa merasa terbebani oleh aturan sosial atau agama.
Menurut teori Norma Sosial oleh Schwartz (1977), individu cenderung menyesuaikan perilaku mereka dengan norma-norma yang berlaku di lingkungannya. Di kalangan remaja, tekanan teman sebaya juga sangat berpengaruh.
Teman sebaya yang memandang seks bebas sebagai perilaku yang normal dan diterima dapat mendorong individu untuk menyesuaikan diri dengan kelompok tersebut, meskipun mereka belum siap secara emosional atau psikologis untuk melakukannya.
Peran Pendidikan Seks yang Minim
Pendidikan seks di sekolah-sekolah sering kali belum memadai untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada remaja tentang risiko-risiko seks bebas.
Di banyak negara berkembang, pendidikan seks masih dianggap tabu atau hanya menyentuh aspek-aspek yang sangat dasar, seperti reproduksi dan pubertas. Ini menyebabkan banyak remaja tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang kontrasepsi, penyakit menular seksual, atau implikasi psikologis dari seks bebas.
Menurut UNESCO (2018), pendidikan seks yang komprehensif harus mencakup pemahaman tentang kesehatan seksual, hubungan interpersonal, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Pendidikan yang memadai di usia remaja dapat membekali mereka dengan kemampuan untuk menilai situasi dan membuat pilihan yang lebih bijak terkait perilaku seksual.