Mohon tunggu...
mentas maning
mentas maning Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pertempuran Manusia 3 Dimensi

14 September 2018   11:16 Diperbarui: 14 September 2018   12:52 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Setan Darah Pertama memburu lagi. Ketika dia hendak menendang sekali lagi, Setan Dareh Kedua memegang bahunya. "Kali ini dia bisa mampus! Apa kau lupa akan rencanamu sendiri?!"

Setan Darah Pertama menarik pulang kaki kanannya. Dirabanya sebentar tulang rusuknya yang patah kemudian dia berteriak, "Setan Darah Ketiga, ambil tali!"

Setan Darah Ketiga melemparkan seutas tali kepada laki-laki itu.

"Pemuda edan!" kata Setan Darah Pertama sambil belutut dihadapan Pranajaya yang saat itu megap-megap. "Sebentar lagi kau akan rasakan bagaimana enaknya meluncur di tanah! Kalau tubuhmu kuat kau akan hidup sampai ke Kotaraja. Tapi kalau tidak, kau akan mampus di tengah jalan!"

Habis berkata begitu Setan Darah Pertama segera mengikat pergelangan tangan kanan Pranajaya dengan tali. Ujung tali yang lain diikatkannya ke leher kudanya. Pranajaya keluarkan keringat dingin. Dia tahu nasib apa yang bakal diterimanya! Pemuda ini berteriak,

"Setan Darah keparat! Bunuh aku sekarang juga!"

Setan Darah Pertama tertawa.

"Kau memang akan mampus, kunyuk buntung!" jawab Setan Darah Pertama. "Akan mampus, tapi dengan cara perlahan-lahan! Sepanjang jalan menuju ke ajalmu kau dapat saksikan keindahan pemandangan daerah sekitar sini! Bukankah enak mati cara begitu?!"

Setan Darah Pertama naik ke atas kudanya. Tiba-tiba dia ingat sesuatu dan memandang berkeliling. "Mana pedangnya?!"

"Aku sudah ambil!" jawab Setan Darah Ketiga. "Bagus!"

Setan Darah pertama tepuk pinggul kuda merahnya dengan keras. Binatang itu meloncat ke muka siap untuk berlari kencang dan menyeret tubuh Pranajaya mulai dari liku jalan itu sampai ke Kotaraja. Namun disaat itu dari muka kelihatan berkelebat sesosok bayangan putih disertai dengan suara tertawa lantang yang bernada mengejek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun