Prana kerahkan tenaga dalamnya. Dengan sekuat tehaga dicobanya melepaskan pedang dari jepitan enam senjata lawan! Tapi sia-sia! Pedang Ekasakti meskipun pedang mustika namun tiada berdaya di jepit oleh enam senjata mustika lawan! Pedang itu laksana lengket. Prana keluar keringat dingin. Dia tahu, tak ada jalan lain baginya kecuali melepaskan pedangnya pada gagang pedang, menyerahkan bulat-bulat senjatanya ke tangan lawan!
Setan Darah Pertama tertawa mengekeh.
"Sekarang kau baru tahu siapa kami hah?!"
"Tikus buntung hendak bernyali besar beginilah jadinya!" ejek Setan Darah Ketiga.
Tiba tiba, tiada terduga dengan bergantungan pada gagang pedang yang dijepit lawan, tubuh Pranajaya melesat ke muka. Kaki kanannya menendang dan karena tidak menyangka, Setan Darah Pertama tidak keburu menghindar!
Setan Darah Pertama mengeluh tinggi. Tubuhnya mencelat beberapa tombak, terguling di tanah. Dua tulang iganya telah patah dilanda tendangan Pranajaya!
"Anjing buduk!" maki Setan Darah Kedua begitu melihat kawannya kena dihantam lawan. Tanpa menunggu lebih lama manusia ini segera hantamkan gagang gadanya yang di tangan kanan ke pangkal leher. Ini adalah satu totokan yang dahsyat. Karena tak keburu menghindar tak ampun lagi Pranajaya rebah ke tanah dalam keadaan tubuh kaku laksana patung! Setan Darah Pertama melangkah tertatih-tatih ke hadapan Pranajaya.
"Bagaimana lukamu?" tanya Setan Darah Kedua.
"Bangsat ini telah mematahkan dua tulang igaku," jawab Setan Darah Pertama setengah menggeram. "Detik ini juga dia akan terima balasannya!"
Habis berkata begitu Setan Darah Pertama lancarkan satu tendangan ke arah tulang rusuk Pranajaya. Pemuda ini menggelinding beberapa tombak jauhnya. Tiga tulang iganya patah! Meski tubuhnya tertotok tiada berdaya namun perasaan masih tetap ada dan mulutnya masih bisa mengeluarkan suara erangan kesakitan! Setan Darah Pertama masih belum puas.
"Ini satu lagi!" katanya dan untuk kedua kalinya.kaki kanannya mengirimkan satu tendangan. Kali ini yang jadi sasaran adalah muka Pranajaya. Pemuda ini berusaha menahan jeritan yang hendak melesat dari tenggorokannya meski bibirnya pecah, dua buah giginya patah dan hidungnya mengucurkan darah kental panas !