Realitasnya, pendidikan yang berfokus pada pengalaman dan interaksi sosial sering kali tidak dapat disematkan pada format evaluasi yang sudah ada. Hal ini bisa membuat pendidik dan sekolah ragu untuk mengadopsi metode pragmatisme karena kurangnya kerangka penilaian yang jelas dan terpercaya.
Pada akhirnya, tantangan lainnya adalah kurangnya pelatihan dan dukungan bagi para guru. Untuk menerapkan pendekatan pragmatis, guru perlu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang mendalam tentang metode pengajaran aktif, serta bagaimana cara mengadaptasi kurikulum untuk memenuhi kebutuhan siswa. Tanpa adanya dukungan yang sesuai, guru dapat merasa terjebak dan frustasi dalam menerapkan filosofi baru ini.
Kesimpulan
Pragmatisme telah membawa banyak perubahan dalam cara kita mendidik generasi muda. Dengan fokus pada pengalaman nyata dan relevansi kehidupan, pendidikan pragmatis memberikan siswa keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk sukses di dunia yang cepat berubah.Â
Meskipun ada tantangan, banyak sekolah yang berhasil menerapkan nilai-nilai pragmatisme dengan baik, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan kelulusan, tetapi juga menjadi individu yang siap berkontribusi kepada masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H