Mohon tunggu...
Mencari Nur
Mencari Nur Mohon Tunggu... Freelancer - Eks Jurnalis

Suka hal-hal yang fiksi

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mencatat 2024: Siasat Mengingat

25 Januari 2025   20:46 Diperbarui: 25 Januari 2025   20:45 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

perihal paling menyakitkan adalah dilupakan oleh orang yang tak bisa kamu lupakan. aku menukil komentar dalam klip lagu dengan getaran terbaik yang pernah ada, agaknya teenage blue dari dreamgirl. dan aku berikrar

akan selalu membubuhkan suka pada setiap video unggahan cyborg: ramuan musik dan fragmen film yang tak pernah gagal menembus relung jiwaku. setiap hari matahari pergi dari negaraku, dan aku baru terpikir untuk memindah catatan ke wadah baru setelah merasa aneh dengan judul platform itu.

semakin maju juli, semakin aku tak peduli dengan nama hari. kecuali ahad, semua hari pergerakannya persis. pagi mengungkai jalan raya sebelum mengungkung diri dengan deru mesin, menghitung dan mengkategorikan benang, mengolah laporan produksi, istirahat saat mentari tepat di atas ubun-ubun: sembahyang, makan tak selalu mesti, dan sikat gigi. selang satu-dua jam dari jeda, tugas harian tuntas. hingga bel pulang, biasanya aku tak tahu harus apa selain tualang ke divisi lain dengan modus transfer data kerja ke server.

selalu ada pisau dalam guruh yang merahasiakan pekan. menanti aba-aba untuk mengerat angka dalam setruk. di bawah lembar seng dan karangan karung, matahari tetap menjemur, mengangkat basah dari pori-pori pekerja, dan air penuh di botol kaca pun fana.

mendatangi artjog masuk dalam bagan agenda agustus. aku terpikat pada ragam biji padi yang berjajar rapi sesuai arahan titarubi. menjenguk danau kampus yang dikitari makhluk terbang yang menepuk hijau. menikmati musim pesta di tepi, berpayung nyiur dan menghirup kata. mendung bergelantungan di selatan, celahnya seperti kedip mata pada laut yang diaduk, ke batu yang kikis oleh gemuruh: mungkin ombak, mungkin jemari tuhan.

jirapah mendapat porsi di cherrypop. sayangnya sore, ketika aku masih meraba rimba selepas kerja. tapi aku tetap menggelangi tangan dengan tiket, sedikit merumpi dengan teman baru di hamparan rumput, dan menghayati vibrasi niskala.

pada september aku menumpang kapsul. melesat ke pusat banyak hal (mungkin juga kebenaran), memandangi urat nadi cakrawala dari kaca. dan bulu-bulu tanah menguning dalam embun, menundukkan diri ke penumpang gerbong di cirebon. hajatan pestapora mengundang enola, the sastro, sby, ntrl, deadsquad, monkey to millionaire, fstvlst, efek rumah kaca, mocca, dan banyak lainnya. sebenarnya, aku ingin menonton semuanya.

sepintas dan bakal bertilas. pada lubuk pagi, amat sedikit waktu dari akhir zaman ini. ini tentang sehabis pestapora. aku menjejaki saran untuk  bersiram tanpa menimbang ketahanan tubuh dinihari. belum selesai berkemas, kawan dari negeri jiran mengaku sudah menunggu di ruang komunal. bergegas dengan tas sandang dan kantung laptop, benar teman-teman telah berhimpun. layar akbar gelap, setrika nirfungsi, wastafel mati. hanya gelas di rak yang bergerak. pagi itu lapar berusaha diatasi, senda gurau terjadi berulang kali. pada sisi lain aku menyesal karena momen ini tercipta justru ketika akan berpisah.

selamat siang yang rutin kepada pemilik kapital dimulai pada pekan ketiga. memang hanya ia yang berhak marah bila produk tak melimpah. tidak pada mesin uang di pecenongan yang mendadak galat. sepeninggal kabut jakarta, takmir masjid terdekat dibentuk. orang-orang husnuzan merasa sanggup mengurusnya 5 tahun ke depan, dan mewujudkan slogan ‘servis terbaik untuk jemaah’.

kemudian oktober hadir membawakan joker: folie à deux. jam tayang film yang dibintangi joaquin dan gaga di bioskop langganan tak selurus jadwal yang terpampang di situs. padahal aku telanjur buru-buru enyah dari kios buku bekas di alun-alun utara. menerima keterangan pahit dari resepsionis, aku mengantongi karcis dan pergi mengisi kehampaan di kedai samping lapangan pabelan, sekaligus bernostalgia di langgar dekat tempat magang dahulu kala.

perihal joker anyar ini, barang kali bagian lee quinzel (yang kebetulan) di tangga mubazir. adegan angkat kaki dari ruang sidang seiring patah hati karena "joker itu tak ada" sudah terasa cukup. mengenai sinema aku tak cepat jenuh merekomendasikan ‘the girl from dak lak’ pada siapa dan di mana pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun