"Yoto," kata Nina sambil menangis.
"Yoto?, Yoto anak kampung sini, yang tinggal deket kali itu?"
"Iya."
"Dia ngapain kamu emangnya?"
"Dia ngatain aku," kata Nina sambil mengusap ingus yang keluar dari hidungnya. "Yoto sama temen-temen yang lain pada ngatain aku, kata mereka ..... aku ini bule masuk kampung." Katanya kemudian. "Gara-gara mereka, gak ada yang mau temenan sama aku."
"Jadi itu masalahnya?" Nina terkejut sekaligus kesal. "Ya ampun Nin, udah udah cep cep, nanti aku kasih tahu mama sama bapak, udah diem." Kata Neno sambil memeluk adiknya.
Pada hari itu juga, sepulang dari rumah Ki Jarwo untuk memberikan imbalan berupa uang dan beras, Kasmidi dan Meylina langsung di ajak rapat mendadak oleh Neno. Neno menjelaskan semua duduk perkaranya, persis seperti yang dibilang Nina. Sementara itu Nina yang duduk di samping Neno masih terisak dan hanya bisa mengangguk setiap kali orangtuanya meminta klarifikasi dari Neno.
Dengan rasa iba dan tak tega melihat anaknya dizalimi oleh teman laki-laki yang tidak tahu tata krama itu, akhirnya keesokan harinya Kasmidi berdandan rapi untuk datang ke sekolah dengan sepeda onthel tuanya. Dia mengayuh sepeda dengan kecepatan penuh sekaligus dipacu oleh emosi terhadap anak-anak ingusan yang menyebabkan dia harus membayar mahal Ki Jarwo atas vonis ketempelan makhluk halus terhadap putrinya. Sesampainya di sekolah, dia melempar sepeda tua itu ke tanah, dan langsung berjalan cepat ke dalam kantor guru.
"Bu Nanik! Bu Nanik!" seru Kasmidi.
Tak lama kemudian, Bu Nanik, wali kelas 4 datang menghampiri Kasmidi di luar pintu.
Tanpa basa-basi, Kasmidi langsung menjelaskan ke Bu Nanik alasan puterinya tidak mau sekolah selama hampir seminggu ini. Kasmidi tidak mau tahu, bagaimanapun caranya Nina harus mau masuk sekolah lagi. Kasmidi juga menyuruh Bu Nanik untuk menindak tegas teman-teman Nina di kelas yang ngata-ngatain anaknya sebagai bule kampung.