Suatu siang, setibanya dari rumah, seperti biasa Ratmi mengerjakan pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Sayup terdengar seseorang mengetuk pagar rumah.
"Permisi..., permisi..."
Ratmi melihat seorang perempuan berdiri di depan pintu pagar rumah mereka. Ratmi segera keluar.
"Hai mbak! Mas Badra - nya ada di rumah?"
Ratmi membalas sapaan tersebut lalu menegasi pertanyaan Melly. Meski tahu bahwa Badra belum pulang kerja, Melly justru mohon untuk bicara dengan Ratmi, dan permohonan itu dipenuhinya.
Ratmi tersentak mendengar inti pembicaraannya.
"Mbak Mir, Melly hamil. Sudah 5 bulan. Aku ingin mas Badra bertanggungjawab."
Batin Ratmi terasa tertusuk ribuan jarum. Mulutnya terkunci, hatinya menangis. Perasaan bercampur aduk antara benci, marah, kasihan. Spontan ingin sekali dia mengusir Melly dan cerita bohong yang dituturkannya. Namun, batin Ratmi melarang. Dia luluh dengan cucuran air mata Melly kala berkisah.
Sungguh, jika ini benar ulah Badra, Mirnada tidak tahu harus bagaimana. Melly bukanlah sosok yang asing dalam hidup mereka. Bahkan dia sudah seperti adik sendiri. Dia juga aktif dalam kegiatan kepemudaan bersama Badra. Mengapa kisahnya harus seperti ini??
Orang yang dia beri kepercayaan penuh atas kesetiaannya untuk menahkodai bahtera keluarga, ternyata bahtera itu saat ini menghantam karang. Kebahagiaan yang seakan tak berhenti itu, kini menemukan titik henti. Bahkan terhenti karena orang yang sangat dikenalnya, Melly. Pengakuan Melly sontak melayangkan pikirannya pada kabar yang telah berhembus di sekolah. Ternyata kegelisahan hatinya itu saat ini terbukti.
Berada pada Persimpangan Sikap