Mohon tunggu...
melkianus koparihi
melkianus koparihi Mohon Tunggu... Dosen - Hidup adalah anugrah

Nama: melkianus kopa Rihi Tempat tanggal lahir : Sumba 20-05-1991

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Kontekstual dalam Penginjilan Lintas Budaya

21 Januari 2019   23:23 Diperbarui: 7 Juli 2021   16:13 5822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Strategi Kontekstual dalam Penginjilan Lintas Budaya (unsplash/james coleman)

Seperti dalam pelayanan Yohanes pembabtis, yang menegur pendengarnya menggunakan kata - kata makian : "keturunan ular beludak". Ataupun beberapa utusan Injil pada abad pertengahan misalkan Willibrord (658 -- 739) yang menegur raja Ratbod (raja orang -- orang Frisia di Belanda) bahwa kuil yang disembahnya adalah Iblis. 

Juga Bonifacius yang sengaja menebang pohon keramat dan Heriger, orang Swedia yang percaya, menentang orang -orang lain sebangsanya (kafir) untuk mengadu kuasa. Dimana permohonan supaya turun hujan, namun permohonan orang -- orang itu tak terjadi. Justru doa Heriger membuat mereka basah kuyub, sementara ia sendiri tetap kering.

Selain itu ada juga pembuktian gaya hidup oleh utusan - utusan Injil Negara-negara Barat. Bahwa jika mereka hidup didalam Injil maka budaya lokal harus diubah dan mengikuti pola mereka. Padahal sebenarnya yang mereka bawa ada budaya Barat. Meski demikian pendekatan ini tampaknya agak berhasil dan berpengaruh. Sebagai contoh pergolakan yang terjadi antara orang Kristen Jawa timur era Coolen. Dimana sebagian (orang -orang Kristen Mojowarno) mengikuti gaya hidup dan pola yang dibawa utusan - utusan Injil Belanda.

Aspek sikap dikategorikan sebagai tindakan konfrontasi. Dalam artian cara hidup yang saleh dan menjadi teladan berdasarkan nilai-nilai Injil bisa mempengaruhi masyarakat lokal. Seperti utusan- utusan Injil Khatolik, Bernard, dari Clairvaux dan Fransiscus, dari Asisi, yang berpengaruh di daerah pelayanan mereka. Jadi seolah budaya lokal tak mampu membawa masyarakat kepada perbuatan yang baik. Dan hanya keteladanan kepada Injil lah (budaya barat) yang harus diterapkan. 

Ini perbedaan model pendekatan Akomodasi dan Prossesio dimana akomodasi lebih memberikan ruang bagi budaya. Bahkan Injil memenuhi kebutuhan budaya. Sementara Prossesio sama sekali tak memberikan ruang, langsung mengkonfrontasi dan menekan budaya. Karena itu kebanyakan model kedua ini mengundang reaksi penolakan, dan barulah pengaplikasian model pertama. 

Seperti yang terjadi di suku Batak, kedua misionaris asal Amerika, Muson dan Lyman dibunuh (1834) oleh raja Panggalamei. Sadar akan kerasnya budaya Batak, maka zending yang datang kemudian, Ingwer Ludwig Nommensen. Ia melakukan pendekatan akomodasi dan Injil berhasil mendapat tempat disana.

  • Relevansi Strategi Pekabaran Injil bagi Gereja Masa Kini
  • Akomodasi yang Holistik

            Mungkin jika pendekatan Pekabaran Injil dengan menggunakan cara asimilasi seperti praktek para zending Barat. Logis itu dilakukan pada masa lampau yang memang orang masih tak beragama (menganut agama Abrahamik). 

Tetapi jika terjadi pada masa kini haruslah dipertimbangkan berdasarkan situasi dan kondisi. Khususnya di Indonesia, hampir mayoritas adalah penganut agama Islam. Agama yang masih serumpun dengan Kristen, hanya saja pemahaman kebenaran Ilahi yang berbeda. Sehingga Injil bukan lagi berhadapan dengan budaya, tetapi dengan agama -agama.

            Jadi cara pendekatan sepertinya sulit, mengingat Kristus sudah dikenal (khususnya Yahudi dan Islam) hanya saja tidak diakui sebagai Tuhan dan Juruselamat. Jika Injil membuka diri maka dimungkinkan terjadi sinkritisme, tetapi walau dipaksakan pun, kalangan lain bisa dimenangkan bagi Kristus. Dengan pemahaman bahwa mereka tak perlu menjadi Kristen, hanya perlu menerima Kristus dan kebenaran-Nya (Injil). Metode ini relevan jika berhadapan dengan agama maupun budaya.

            Pemahaman bahwa Gereja sebagai cerminan tubuh Kristus yang nyata di dunia. Haruslah memberikan kesadaran baginya untuk benar- benar menyatakan identitas tersebut dalam tindakan realita yang nyata, sehingga Injil pun dapat dikenal. Indonesia sendiri pernah mengalami krisis ekonomi terparah (sejak 1997). Thailand menjadi korban pertama, lalu menyusul Indonesia. 

Dimata dunia, ekonomi Indonesia dianggap mundur hampir separuh penduduk hidup dibawah garis kemiskinan. Krisis memicu munculnya konflik dan ketegangan seperti perampokan, pencurian, demo yang anarkhis dan sebagainya. Dalam hal ini Gereja dibutuhkan berperan aktif. Memang sepertinya tak mungkin memberi makan 200 juta orang yang hidup di Nusantara ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun