Akomodasi adalah sikap menghargai dan terbuka terhadap kebudayaan asli. Hal ini banyak dipraktekan oleh para zending (utusan Injil) ataupun misionaris- misionaris. Sebagai contoh misalnya Rasul Paulus yang melakukan pendekatan kepada orang -orang Yunani (Kis. 17:23b).Â
Di Indonesia, Tartib Eprayim (wafat 1961) yang berperan dalam upaya pendekatan Injil di Bali utara, dimana ia terbuka dan memberi keluasan kepada budaya. Dari pentas ilustrasi wayang Bali, Tartib dapat dapat mengungkapkan Injil Kristus. Hal yang sama dilakukan oleh Don Richardson kepada suku Sawi di Papua yang mengenal anak perdamaian. Kemudian digunakan olehnya sebagai jembatan bagi Kristus dan Injil.
Baca juga : Paskah: Menjadi Injil Kelima di Tengah Pandemi
Pendekatan yang dilakukan Richardson diistilahkan oleh Dr. Tomatala sebagai pendekatan "dynamic equivalence". Yaitu pendekatan yang berupaya membangun jembatan bagi kelancaran komunikasi lintas budaya, dengan dampak akulturasi yang berimbang dalam kebudayaan yang satu dengan kebudayaan lainnya. Setelah Injil memberikan tempat bagi budaya maka ranah lain seperti ekonomi, kesehatan dan sebagainya tidak bisa diabaikan.Â
Kristus dan pelayanan -- Nya tidak meniadakan hal ini, ia memperhatikan kebutuhan orang -- orang. Melalui memberikan makan adalah metode yang sering digunakan Yesus. Bukan hanya itu, disertai pula dengan mujizat terrmasuk menyembuhkan orang sakit dan setiap kali Yesus member makan kepada orang banyak, selalu diawali dengan mujizat (bd. Yoh. 6:1- 15). Â
Penginjilan dan pelayanan sosial dilihat sebagai suatu kesatuan dalam misi. Walaupuan keduanya terpisahkan, namun adalah suatu kesatuan. Hanya prioritas utama bukanlah pelayanan sosial, melainkan Penginjilan. Sekalipun demikian pelayanan sosial tidak boleh diabaikan.Â
Sebagaimana pernyataan Rasul Paulus, jika musuhmu lapar, mandat Alkitabiah bukanlah menginjilinya, melainkan memberi dia makan (Rom. 12:20). Para Rasul pun tidak memisahkan keduanya (Kis. 6:2). Demikian dalam praktek misi Pekabaran Injil kiranya hal ini tidak ditiadakan agar jangan seolah- olah praktek Penginjilan sebagai suatu kegiatan yang diwarnai ambisi radikalisme Kristen. Hal ini disebabkan karena keegoannya menekankan pada aspek kuantitas (jumlah).
Contoh nyata dari praktek pendekatan holistik di Indonesia adalah bagaimana Coolen merintis Gereja Kristen Jawa (GKJ) di Ngoro, Jawa Timur. Dilakukan tanpa lebih dulu menantang orang menerima Kristus.Â
Coolen malah menyediakan tanah sebagai tempat tinggal dan sumber dan mata pencaharian bagi masyarakat pedalaman Jawa. Realitas nyata dari kenyataan ini adalah GKJ bertahan dan tertanam kuat di Jawa timur meskipun berada ditengah- tengah lautan masyarakat muslim.
- Model Prossesio -Konfrontasi Budaya
Prossesio adalah sikap yang menanggapi kebudayaan secara negatif. Prosesnya terjadi melalui seleksi, penolakan, reinterpretasi, dan rededikasi. Kelompok prossesio melihat kebudayaan sebagai sesuatu yang sudah rusak oleh dosa dan tidak ada kebaikan yang muncul didalamnya.Â
Jadi ada sikap konfrontasi dari kekristenan dan Alkitab kepada budaya yang dianggap adalah area kekafiran. Cara ini terkesan terlalu kasar dan keras tetapi justru menjadi daya tarik, apalagi disertai aplikasi penerapan kebenaran Injil secara nyata.