Untuk berhasil melangkah  keluar melewati gerbang saja banyak yang di korbankan. Lantas, kenapa harus mundur ? Ini baru awal. Pikir saya.
Mungkin, tiupan angin ini dapat diisyaratkan  layaknya kicauan burung yang tak pernah berhenti untuk menarik perhatian. Layaknya artis mencari sensasi untuk meraih popularitas tak peduli positif atau negatif,perilaku tersebut akantetap menjadi buah bibir. Namun, itulah realita kehidupan. Anda di wajibkan untuk tegar, kokoh bagaikan baja.
Dua, tiga bulan berlalu.Â
Gerbang satu berhasil terlewati dengan menyisakan sedikit pertanyaan. Â Apakah cobaan selanjutnya akan bertambah berat ? Mungkin. Ucap saya dalam hati.
Kakipun mulai menapak kembali.Â
Terlihat harmonis secara kasat mata. Terlena saya didalamnya.Â
Kenyamanan yang amat mendalam saya rasakan. Â Sungguh sangat di sayangkakn semua hanyalah keformalan semata. Sungguh, tersayat hati ini.Â
Kecewa tiada henti.Â
Luka, Â kembali menyakiti uluh hati ini amat dalam. Penuh harap, ini hanyalah sebuah mimpi buruk.
Jujur, peristiwa tersebut membuat saya terkejut luar biasa. Seperti pertama kali hendak menaiki pesawat lepas landas untuk menanjak naik. Namun, apa daya saya ? Â HanyalahÂ
butiran debu di mata mereka.Â