Sedangkan aku... Setiap pagi aku harus bangun menyiapkan semua kebutuhan Rama untuk seharian. Berangkat kantor pagi-pagi agar tak terjebak macet, pulang pun sering lembur, dengan gaji yang tak seberapa.Â
Aku hanya bertemu Rama di akhir pekan, itu pun dalam keadaan lelah dan sangat ingin istirahat saja. Aku bahkan terkadang tak tahu mana yang lebih penting, Rama atau fisikku.
Kehadiran Rama juga tidak memungkinkan untukku meninggalkan rumah Ibu. Selain karena Ibu  sendirian, Rama juga butuh pengawasan.
Halah banyak gaya.. mau hidup mandiri..
Nyatanya aku dan Faisal hingga saat ini belum memiliki cukup uang untuk membeli rumah pribadi.
Stres di kantor tak sempat dapat kuungkapkan pada siapapun, bahkan pada Faisal, suamiku yang kulihat sudah kelelahan mengatur waktu antara kerjaan, keluarga kecilku dan mengurus orang tuanya yang harus bolak balik Rumah sakit.
Omong kosong para finansial planner. Coba mereka jadi aku.Â
***
"Kita punya porsi kebahagiaan masing-masing kok" jawabku sambil berusaha tersenyum. Tak ingin kuungkapkan segala keluh kesahku.
Cukuplah mereka tahu hal-hal baik saja tentangku.
Aku mengamati grilled chicken di piringku. Aromanya memang sangat lezat.