"Sas, enak nggak grilled chicken-nya? Dari aromanya enak banget!" tanya Rosa melirik makananku.Â
"Lumayan.. tapi kayaknya Bi Darsi juga bisa masak  se-enak ini deh.. hehe" jawabku sedikit berbisik.
Aku sebenarnya ingin sekali makan steak. Namun ketika melihat harganya Rp 179 ribu, tentu saja aku ciut. Kebutuhan Rama jauh lebih penting daripada makan di restoran mewah ini.
"Gimana steaknya? Mantep kayaknya?" tanyaku pada Rosa.
"Enak sih.. Tapi di Golden Star lebih enak. Lebih mahal juga sih di sana." Â jawab Rosa.
Enak sekali Rosa ini. Mau makan apa saja tinggal pilih. Dia juga tinggal di apartemen mewah di pusat Kota, tasnya selalu branded dan sering liburan ke resort mewah.
"Hari ini gue pengen makan enak sekali-sekali. Bosen banget harus makan makanan sehat terus. Kadang capek juga makan diatur-atur. Rasanya pengen nyerah aja sama program hamil ini" ungkap Dara  dengan semangat mulai melilitkan pasta di garpunya. Dia juga memesan minuman coklat blended dengan whip cream diatasnya. Pasti manis sekali.Â
Lelehan keju di pasta milik Dara sungguh menggoda. Ada taburan daging asap dan jamur sebagai toppingnya. Meskipun hanya berbeda Rp 30ribu dari menu pilihanku, aku tetap tak tega memesannya. Lumayan buat ongkos ojek, pikirku.
"Sabar Dara sayang... semoga segera dikasih rezeki anak ya" kataku berusaha menenangkan.
"Gue udah 7 tahun, Saskia. Program ini itu sampai capek. Tapi gue takut, kalau gue nyerah, nanti mas Aryo nyari istri kedua lagi!" jawab Dara sembari manyun bibirnya.
"Hushhh.. ati-ati kalau ngomong, Ra! Lo mestinya bersyukur masih ada yang menenin lo tiap hari. Nggak usah capek kerja, uang dateng sendiri. Mas Aryo gue lihat juga perhatian banget... Lah gue.. uda hampir umur 34 tahun belom nikah. Jangankan mikir anak. Ada yang mau nikahin gue aja juga udah sujud syukur." Rosa menimpali. Kalimatnya penuh penegasan.Â