Mohon tunggu...
Melina
Melina Mohon Tunggu... Lainnya - Teknisi Pangan

Menulis untuk sharing, karena sharing is caring.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lindungi Anak dari Konten "Biru", Kebebasan yang Tabu

13 April 2022   16:05 Diperbarui: 14 April 2022   05:16 2006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover novel dengan rating 19+ disensor dan tidak dapat diakses bila pemilik belum cukup umur (dilingkari warna merah). Sumber: wheretokim.com.

Konten porno bisa saja diperkenalkan oleh teman. 

Ini pengalaman saya, saat itu saya masih duduk dibangku kelas 5 SD, tahun 2007. Selesai sekolah, ada jeda waktu sekitar 30 menit sampai kegiatan ekstrakurikuler dimulai. Anak-anak perempuan berkumpul untuk bermain bersama, kadang hanya untuk ngobrol. 

Sumber: shuttershock.com via news.uchicago.edu
Sumber: shuttershock.com via news.uchicago.edu

Tapi suatu hari, seorang teman perempuan saya membuka pembicaraan tentang konten "biru" ini. Yah, saat itu saya tidak begitu paham, jadi saya juga tidak begitu ingat apa persisnya. Yang jelas, setelah pulang saya menceritakan hal itu pada mama saya. 

Lalu, mama saya menasehati saya dengan tegas, "Jangan ingin tahu dan mencoba. Itu adalah hal yang tidak pantas untuk anak-anak." Mama saya menjelaskan alasan kenapa anak-anak dilarang untuk mengkonsumsi konten biru.

Meminimalisir pergaulan di luar, kita dapat meminimalisir paparan yang tidak dapat kita kendalikan.

Ketiga, pengawasan dan pengaturan aktivitas dalam rumah. Di rumah, kita bisa memasang parenting control pada gawai yang digunakan anak kita—laptop dan hp. 

Cukup berikan gim dan video luring pada anak dan batasi akses daring. Kalau punya uang lebih, bisa membeli gawai-gawai yang didesain khusus untuk anak-anak.

Anak memiliki kemungkinan terpapar konten porno lebih tinggi di waktu luangnya, sehingga akan lebih baik bila waktu luang bisa digunakan untuk kegiatan yang positif, misalnya menggali hobi musik atau mengikuti les bahasa.

Keempat, yang paling penting, memberikan pengertian dan edukasi pada anak sesuai umurnya, agar anak tidak memiliki mental "biru". 

Sandy dari kartun Spongebob Squarepants terkena sensor. Sumber: via Twitter.com
Sandy dari kartun Spongebob Squarepants terkena sensor. Sumber: via Twitter.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun