Mempermasalahkan typo + memahami konteks yang dibicarakan = tidak punya argumen (?)
Jika saya mengatakan sesuatu yang tidak dilandasi premis (kalimat penguat) apapun, maka benar bila orang itu menyimpulkan saya tidak punya argumen.Â
Karena yang saya katakan hanya akan jadi opini bila tidak didasari pendukung. Tapi perumusan simpulan dengan premis typo + konteks sangat tidak masuk akal.
Untuk siapapun yang masih rancu dalam mengenali premis dan simpulan. Saya beri contoh bagaimana merumuskan simpulan yang valid.
Semua orang yang memiliki rambut panjang adalah perempuan.
Toni (laki-laki) memiliki rambut panjang.
Maka Toni adalah perempuan.
Simpulan di atas adalah simpulan yang valid. Simpulan dapat dikatakan valid apabila ia dirumuskan dari premis-premis yang ada. Tidak peduli fakta yang sebenarnya (dalam hal ini bahwa Toni sebenarnya adalah laki-laki). Jadi simpulan valid pun masih perlu pembuktian fakta.
Saya rasa pada akhirnya kita harus mengakrabkan diri pada Logika, tidak sekadar melemparkannya saat ujian penentuan, menjadikannya sebuah "big deal" yang seakan terpisah dari kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H