Pertanyaannya, apakah bukti itu dapat dikatakan valid? Pertama kita perhatikan fitur dari apa yang dibuktikan, yakni domba polkadot. Lalu ada fosil binatang yang mirip domba yang digunakan sebagai bukti. Dimana pembuktian warnanya?
Saya jadi teringat satu merek produk kecantikan yang saya lupa namanya. Pada iklan, dinyatakan bahwa produk itu dapat membersihkan pori-pori dengan cara menghilangkan sebum (minyak di wajah) dengan visualisasi menarik.Â
Jadi, pada suatu gelas diletakkan minyak (yang saya juga tidak tahu minyak apa) lalu diteteskanlah produk itu pada wadah dan minyak langsung melebur menjadi partikel yang lebih kecil dan tidak terlihat.
Masalahnya adalah minyak apa yang digunakan untuk demonstrasi produk kecantikan itu? Seberapa mirip dengan sebum yang menempel di wajah manusia?Â
Bagaimana bila minyak yang digunakan adalah zat yang jangankan ditetesi produk itu, ditetesi air mineral biasa saja akan melebur dan tidak terlihat?
Melihat bagaimana cara kerja produk kecantikan itu, saya jadi teringat pula pada satu produk air mineral di Indonesia. Mungkin iklan ini tayang pada tahun 2000an awal.Â
Saya masih ingat betul bagaimana gelas yang terisi air dan kelihatan sangat berlemak serta kotor, diguyur air mineral merek itu dan langsung semua kotorannya keluar dari gelas. Tanpa tersisa.Â
Bagaimana bila air yang digunakan itu adalah air keran biasa? Disitu pun tidak dibandingakan antara merek satu dengan yang lain atau merek air mineral itu dengan air keran biasa.
Mengingat iklan sabun cuci piring saja harus penuh dengan busa agar lemak dan kotoran pada piring hilang, bagaimana air mineral yang tanpa zat detergen bisa didramatisir dapat melakukan hal yang sama?Â
Kecuali bila pada air mineral itu ditambahkan perasan jeruk nipis seperti di sabun. Tetapi bukankah namanya akan berubah menjadi air mineral rasa jeruk nipis peras?
Masih dengan pembahasan yang sama, beberapa waktu lalu saya iseng melihat kolom komentar cuitan seorang profesor yang mengatakan bahwa para mahasiswa yang ikut memprotes UU Ciptaker tidak memiliki landasan argumentasi karena para mahasiswa bukanlah buruh.Â