Mohon tunggu...
Melani Kurnia Riswati
Melani Kurnia Riswati Mohon Tunggu... Penulis - Humas Ahli Muda Badan Riset dan Inovasi Nasional-BRIN

Menyenangi kegiatan alam bebas, membaca dan menulis. Edukator dan pendamping komunitas lingkungan. Saat ini bertugas sebagai Humas Ahli Muda BRIN.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Melejitkan Kejayaan Petani melalui Pertanian Organik

29 Februari 2024   11:50 Diperbarui: 2 Maret 2024   18:21 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama membangun petani mandiri. Foto dokumentasi : Tim Pusris Mikrobiologi Terapan-BRIN

POH yang di produksi di dukung oleh ketersediaan starter POH yang di jamin mutu dan kualitasnya oleh VIGANO PT Esa Distribusi Nusantara (EDN) yang merupakan penerima Lisensi untuk memproduksi Starter POH dari BRIN.

Panen perdana pun telah dilaksanakan pada Kamis, 22 Februari 2024. Pada lahan 35 Ha yang merupakan demplot organik Poktan Bina Karya Desa Cilapar, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga.

Kegiatan panen perdana. Foto dokumentasi : Tim Pusris Mikrobiologi Terapan-BRIN
Kegiatan panen perdana. Foto dokumentasi : Tim Pusris Mikrobiologi Terapan-BRIN

Dr. rer. nat Sarjiya Antonius, Peneliti Ahli Utama (PAU) yang merupakan periset senior pada Pusat Riset Mirobiologi Terapan-BRIN, Kelompok riset Mikrobioma Nutrisi dan Proteksi tanaman menuturkan kondisi tanah pertanian yang sebelumnya lahan pertanian konvensional, setelah pemberian POH sebanyak 210 liter dan pupuk organik biokompos pada lahan seluas 35 Ha, nyatanya mampu memberikan hasil pada budidaya pertanian secara organik dengan hasil ubinan 5.050 kg dan 6,145 kg (6.8-8,3 ton/Ha) dengan varietas padi lokal menthik susu.

Wanto dari BUMP Lumpang Mas turut menambahkan bila hasil panen perdana ini melebihi hasil panen rata-rata budidaya konvensional yang hanya menghasilkan 5,6-6,3 ton/Ha.

 Yuk Beralih ke Pertanian Organik

Pertanian konvensional yang sudah sejak lama dilakukan melalui pemanfaatan agrokimia, semakin disadari dampak buruknya. Produktivitas tanah menurun dan air yang tercemar pestisida sehingga bermuara pada kesehatan manusia.

Para ahli juga menyatakan bila kegiatan pertanian dan kehutanan turut menyumbang 13-21% gas rumah kaca.

Oleh karena itu, pertanian berkelanjutan menjadi arah solusi dalam menjamin produktivitas ekologis jangka panjang tanpa mengorbankan sumber daya alam dan lingkungan demi menjamin keberlanjutan kehidupan manusia.

Teknologi berbasis bahan kimia nampaknya sudah mulai kehilangan pesona nya. Biaya produksi yang tinggi dan tidak berkelanjutan menjadi alasan utama mulai tergeser.

Belum lagi biaya lingkungan yang tinggi akibat kontribusi gas rumah kaca dan konsentrasi pestisida yang membahayakan kesehatan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun