ruangan dengan air mata mengalir di pipinya. Saat itu juga, perasaan takut dan bingung
menyelimuti diri saya. Saya berlari menghampiri ibu dan memeluknya erat-erat.
"Mama! Apa yang terjadi?" tanya saya dengan suara bergetar.
Ibu hanya bisa menangis lebih keras sambil memegang tangan saya. Saat itulah salah satu
paman mendekati kami dan berkata dengan lembut, "Papah sudah pergi."Kata-kata itu
menghantam hati saya seperti palu besar. Rasa sakitnya begitu mendalam; rasanya seperti
dunia ini runtuh seketika. Ayah adalah sosok yang selalu ada untukku---sosok yang
mengajarkan banyak hal tentang kehidupan dan cinta. Sejak kecil, ayah selalu meluangkan
waktu untukku setelah pulang kerja. Ia mengajarkan cara mengendarai sepeda,
membantuku belajar matematika, dan menemani saya bermain bola di halaman belakang
rumah. Kenangan-kenangan itu kini terasa seperti bayangan samar yang perlahan-lahan