Mohon tunggu...
Meizar Ardha
Meizar Ardha Mohon Tunggu... Lainnya - UIN SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO

Mahasiswa UIN SAIZU

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari yang Tak Terlupakan

22 Desember 2024   06:50 Diperbarui: 22 Desember 2024   06:49 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

ruangan dengan air mata mengalir di pipinya. Saat itu juga, perasaan takut dan bingung

menyelimuti diri saya. Saya berlari menghampiri ibu dan memeluknya erat-erat.

"Mama! Apa yang terjadi?" tanya saya dengan suara bergetar.

Ibu hanya bisa menangis lebih keras sambil memegang tangan saya. Saat itulah salah satu

paman mendekati kami dan berkata dengan lembut, "Papah sudah pergi."Kata-kata itu

menghantam hati saya seperti palu besar. Rasa sakitnya begitu mendalam; rasanya seperti

dunia ini runtuh seketika. Ayah adalah sosok yang selalu ada untukku---sosok yang

mengajarkan banyak hal tentang kehidupan dan cinta. Sejak kecil, ayah selalu meluangkan

waktu untukku setelah pulang kerja. Ia mengajarkan cara mengendarai sepeda,

membantuku belajar matematika, dan menemani saya bermain bola di halaman belakang

rumah. Kenangan-kenangan itu kini terasa seperti bayangan samar yang perlahan-lahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun