Mohon tunggu...
Meizar Ardha
Meizar Ardha Mohon Tunggu... Lainnya - UIN SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO

Mahasiswa UIN SAIZU

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari yang Tak Terlupakan

22 Desember 2024   06:50 Diperbarui: 22 Desember 2024   06:49 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Seketika pikiran saya melayang ke arah ayah. "Siapa adik yang dimaksud? Apakah itu

papah?" pikir saya dengan panik. Namun, paman tampak cemas dan tidak ingin memberi

tahu saya apa yang sebenarnya terjadi. Setelah selesai berbicara di telepon, paman

menatap saya dengan wajah penuh kesedihan dan berkata pelan, "Ayo, kita harus segera ke

rumah mbah." Saya mengikuti paman menuju mobil dengan perasaan campur aduk---antara

bingung dan takut. Dalam perjalanan menuju rumah mbah, suasana terasa sangat tegang.

Saya merasa ada sesuatu yang sangat salah, tetapi tidak tahu apa itu.

 Setelah beberapa menit perjalanan yang terasa sangat panjang, kami akhirnya tiba di

rumah mbah. Begitu memasuki halaman, suasana di sana sangat berbeda dari biasanya.

Banyak orang berkumpul dan bendera kuning berkibar sebagai tanda berkabung.  Ketika saya

masuk ke dalam rumah mbah, pandangan saya tertuju pada ibu yang duduk di sudut

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun