Seketika pikiran saya melayang ke arah ayah. "Siapa adik yang dimaksud? Apakah itu
papah?" pikir saya dengan panik. Namun, paman tampak cemas dan tidak ingin memberi
tahu saya apa yang sebenarnya terjadi. Setelah selesai berbicara di telepon, paman
menatap saya dengan wajah penuh kesedihan dan berkata pelan, "Ayo, kita harus segera ke
rumah mbah." Saya mengikuti paman menuju mobil dengan perasaan campur aduk---antara
bingung dan takut. Dalam perjalanan menuju rumah mbah, suasana terasa sangat tegang.
Saya merasa ada sesuatu yang sangat salah, tetapi tidak tahu apa itu.
 Setelah beberapa menit perjalanan yang terasa sangat panjang, kami akhirnya tiba di
rumah mbah. Begitu memasuki halaman, suasana di sana sangat berbeda dari biasanya.
Banyak orang berkumpul dan bendera kuning berkibar sebagai tanda berkabung. Â Ketika saya
masuk ke dalam rumah mbah, pandangan saya tertuju pada ibu yang duduk di sudut