Berbicara merupakan kegiatan berbahasa ragam lisan, sedangkan menulis merupakan kegiatan berbahasa ragam tulis. Kemudian, kegiatan menulis pada umumnya merupakan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara pada umumnya bersifat langsung. Ini berarti ada juga kegiatan menulis yang bersifat langsung. misalnya komunikasi ditulis dengan menggunakan telepon seluler (SMS) dan dengan menggunakan intemet (chatting). Sebaliknya, ada pula kegiatan berbicara secara tidak langsung, misalnya melalui pengiriman pesan suara melalui telepon seluler. (Nabanan 1993:153).
Hubungan antara Keterampilan Membaca dengan Menulis
Telah ditemukan pada bagian terdahulu bahwa baik membaca maupun menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan, perasaan atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya, seseorang memahami zagasan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut.
Dalam menuangkan gagasan melalui kegiatan menulis, paling tidak terdapat tiga tahapan yang di lakukan penulis, yakni perencanaan, penulisan, dan revisi. Ketika si penulis meyusun perencanaan mengenai apa yang hendak ditulisnya, sering kali dibutuhkan banyak informasi untuk bahan tulisannya itu. Salah satu cara menghimpun informasi itu dilakukan melalui aktivitas membaca. Aktivitas membaca dan menulis dapat diibaratkan sebagai berikut. Sebelum bisa mengalirkan air dari gentong, seseorang harus mengisi gentongnya terlebih dahulu dengan air. Tidak mungkin seseorang dapat menuangkan air dari gentong jika gentongnya kosong Aktivitas pengisian air ke dalam gentong dapat disetarakan dengan kegiatan menulis. Selanjutnya, dalam proses penulisan si penulis acap kali pula melakukan bongkar pasang untuk tulisannya itu. Di sana-sini dilakukan revisi untuk bagian-bagian tulisan yang dirasanya tidak sesuai dengan gagasan yang akan disampaikannya. Kegiatan bongkar-pasang tulisan ini diperlukan aktivitas membaca, lalu menulis kembali secara berulang-ulang. Jadi, tampak jelas bahwa kemampuan membaca penting sekali bagi proses menulis. (Wray, 1994:96-97).
Kesimpulan dan Saran
Ada 4 aspek keterampilan berbahasa indonesia, yaitu keterampilan menyimak (mendengar), berbicara, membaca dan menulis. Mendengarkan dan berbicara merupakan aspek
keterampilan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca dan menulis merupakan keterampilan bahasa ragam tulis. Mendengar dan membaca adalah keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif, sementara berbicara dan menulis bersifat produktif. Dimana setiap aspek tersebut mempunyai tujuan, jenis, keterampilan dan permasalahan masing-masing tetapi tetap saling berhubungan satu sama lain. Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Pada kegiatan mendengarkan terdapat unsur-unsur kesengajaan, dilakukan penuh dengan perhatian dan konsentrasi untuk memperoleh pemahaman yang memadai. Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara noninteraktif. Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan beerbahasa lisan yang bersifat produktif. Dalam keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Membaca tergolong keterampilan yang bersifat aktif-reseptif. Aktivitas membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Keterampilan membaca terbagi ke dalam dua klasifikasi, yakni (a) membaca permulaan, dan (b) membaca lanjutan Menulis merupakan keterampilan yang bersifat aktif- produktif. Aktivitas menulis bukanlah sekadar hanya menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan menuangkan dan mengembangkan pikiran- pikiran, gagasan-gagasan, ide, dalam suatu struktur tulisan yang teratur, logis, sistematis, sehingga mudah ditangkap oleh pembacanya. Keterampilan menulis diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu (a) menulis permulaan dan (b) menulis lanjutan
Daftar Pustaka