Eksplorasi Mendalam dan Konsep Keterampilan Berbahasa
Mei Sari
D3 Fisioterapi, STIKes Cirebon, Indonesia
Meyysariii16@gmail.com
Makalah ini mendalam tentang konsep fundamental dan karakteristik yang mendasari penggunaan Bahasa dalam proses komunikasi manusia. Melalui penelitian interdispliner, jurnal ini menjelaskan bagaimana Bahasa menjadi alat utama untuk menyampaikan ide, emosi, dan informasi. Dalam pengembangan, konsep komunikasi verbal non-verbal menjadi focus, sementara karakteristik seperti fleksibilitas, kompleksitas, dan adaptabilitas Bahasa dieksplorasi secara mendalam. Analisis ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang peran Bahasa dalam membentuk hubungan sosial, memfasilitasi pertukaran budaya, dan memungkinkan evolusi intelektual manusia. makalah ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana konsep dan karakteristik berbahasa memainkan peran sentral dalam memahami dinamika komunikasi manusia.
Konsep dan karakteristik esensal dari kemampuan berbahasa manusia, yang mencakup menulis, mendengar, membaca, berbicara, dan menyimak. Menulis adalah suatu bentuk ekspresi yang melibatkan keterampilan pemilihan kata, mendengar adalah keterampilan penting dalam pemahaman Bahasa, melibatkan kemampuan memahami dan menafsirkan suara dan ucapan, berbicara adalah bentuk ekspresi lisan yang melibatkan penggunaan suara untuk menyampaikan pesan, menyimak merupakan kemampuan untuk memahami dengan cermat apa yang diucapkan oleh orang lain, kemampuan menyimak memainkan peran kunci dalam komunikasi efektif.
Memastikan bahwa pesan yang disampaikan oleh pembicara dipahami dengan benar. setiap aspek berperan penting dalam proses komunikasi sehari-hari ddan merupakan fondasi dalam perkembangan kemampuan Bahasa individu.jurnal ini mengeksplorasi pentingnya mengembangkan semua aspek ini secara seimbang untuk memastikan kemampuan Bahasa yang holistic dan efektif. Pengembangan keterampilan berbahasa ini tidak hanya memengaruhi kemampuan komunikasi individu tetapi juga memberikan konstribusi yang signifikan terhadap pengembangan pribadi, Pendidikan, dan interaksi sosial, dengan harapan bahwa temuan ini dapat memberikan wawasan berharga dalam konteks pengajaran, pembelajaran, dan pemahaman lebih luas tentang fenomena komunikasi manusia.
Kata Kunci: keterampilan berbahasa menyimak, membaca, menulis, mendengar, berbicara.
Pendahuluan
Sebagai seorang calon guru, kita memerlukan media bahasa dalam upaya yangmembelajarkan para siswa, dalam menjalani profesi dan kehidupan sehari-hari. Kita perlumembaca buku-buku, jurnal, ensiklopedia, dan laporan-laporan yang bermanfaat sebagaisumber materi ajar. Pada kesempatan yang sama, kita perlu membuat catatan-catatanmengenai isi bacaan tersebut dan mungkin pada kesempatan lain kita harus menulispersiapan mengajar, menulis laporan, atau mungkin menulis makalah. Dalam berbagaikesempatan, kita perlu mendengarkan pembicaraan guru lain, para siswa, relasi, dan orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Tentu saja pada konteks tertentu kita perlu pulamenyampaikan pikiran, perasaan, fakta atau hal lainnya melalui berbicara. Jadi jelas sekalibahwa kita perlu memiliki keterampilan berbahasa yang mamdai dalam beraktivitas sebagaiguru dan sebagai anggota masyarakat.Agar memperoleh pemahaman mengenai keterampilan berbahasa Indonesia, melaluimakalah ini kami mengajak mempelajari pengertian, manfaat dan aspek-aspek keterampilanberbahasa tersebut. Serta menelaah kaitan antara keempat jenis keterampilan berbahasa itu.
Pembahasan
Pengertian Keterampilan Menyimak, Berbicara, Membaca dan Menulis Keterampilan menyimak dalam KBBI, menyimak diartikan sebagai mendengarkan atau memperhatikan baik-
baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. menyimak memiliki arti suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Dari dua pendapat tersebut dapat diambil simpulan bahwa kegiatan menyimak tidak sama dengan kegiatan mendengar.Kegiatan mendengar bisa jadi dilakukan tanpa sengaja, tanpa maksud atau tujuan tertentu. Akan tetapi kegiatan menyimak mempunyai tujuan untuk memahami apa yang didengar. Dalam kegiatan menyimak diperlukan konsentrasi dan kemampuan untuk menafsirkan pesan.( Yeti Mulyati, 2008: 3.4)
Keterampilan Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan menurut Suhendar (dalam Yeti Mulyati, 2008: 6.3) berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/ perasaan menjadi wujud ujaran. Secara umum dapat dikatakan bahwa berbicara adalah proses penuangan gagasan dalam bahasa lisan. Keterampilan berbicara bisa jadi merupakan produk dari pembelajaran bahasa, tetapi keterampilan ini juga sangat penting dalam proses mempelajari bahasa. Jadi anggapan banyak orang selama ini bahwa berbicara tidak perlu dipelajari karena sudah secara otomatis didapatkan melalui interaksi dengan orang lain kapan saja dan di mana saja tidaklah benar. Mungkin untuk sekedar berbicara tidaklah sulit. Tetapi untuk berbicara yang sistematis menggunakan bahasa Inodonesia yang tepat sesuai dengan situasi dan tujuan dari pembicaraan tentu tidaklah mudah. Perlu latihan yang terus menerus atau bahkan perlu pendidikan formal di bidang bahasa untuk menguasainya. (Tarigan 2008: 16), ( Mulyati, 2008: 6.3).
Keterampilan membaca adalah salah satu dari empat kemampuan bahasa pokok,dan merupakan bagian atau komponen dari komunikasi tulis. Dalam komunikasi tulis, lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulis atau hurufhuruf. Dapat dipahami bahwa pada tingkatan membaca permulaan, proses pengubahan inilah yang terutama dibina dan dikuasai, dan ini terutama dilakukan pada masa anak-anak, khususnya pada tahun permulaan di sekolah. Pengertian pengubahan di sini juga mencakup pengenalan huruf-huruf sebagai lambang bunyibunyi bahasa. Setelah pengubahan bunyi bahasa tersebut dikuasai secara mantap,barulah penekanan diberikan pada pemahaman isi bacaan. inilah yang dibina dan dikembangkan secara bertahap pada tahun-tahun selanjutnya di sekolah. Meskipun dewasa ini ada puluhan teknik pengajaran bahasa dilontarkan dan
dikenalkan oleh para pakar pendidikan dan pengajaran bahasa, tampaknya elemen dasar pendidikan bahasa secara tradisional tetap tidak dapat dibuang begitu saja. Elemen dasar seperti mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan seringkali juga menerjemahkan, tetap menjadi bagian tidak terpisahkan dalam teknik pengajaran bahasa yang mana saja. (harianto,2020,1)
Keterampilan menulis, membaca adalah salah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan bagian atau komponen dari komunikasi tulis. Dalam komunikasi tulis, lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulis atau hurufhuruf. Dapat dipahami bahwa pada tingkatan membaca permulaan, proses pengubahan inilah yang terutama dibina dan dikuasai, dan ini terutama dilakukan pada masa anak-anak, khususnya pada tahun permulaan di sekolah. Pengertian
pengubahan di sini juga mencakup pengenalan huruf-huruf sebagai lambang bunyibunyi bahasa. Setelah pengubahan bunyi bahasa tersebut dikuasai secara mantap, barulah penekanan diberikan pada pemahaman isi bacaan. inilah yang dibina dan dikembangkan seca ra bertahap pada tahun-tahun selanjutnya di sekolah. Meskipun dewasa ini ada puluhan teknik pengajaran bahasa dilontarkan dan dikenalkan oleh para pakar pendidikan dan pengajaran bahasa, tampaknya elemen dasar pendidikan bahasa secara tradisional tetap tidak dapat dibuang begitu saja.Elemen dasar seperti mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan seringkali juga menerjemahkan, tetap menjadi bagian tidak terpisahkan dalam teknik pengajaran bahasa yang mana saja.
B.Hubungan atau keterkaitan antar keterampilan berbahasa
Hubungan antara Keterampilan Menyimak dengan Berbicara, berbicara dan mendengarkan merupakan kegiatan komumikasi dua arah yang bersifat langsung. Apabila kita amati peristiwa- peristiwa komunikasi yang terjadi dalam masyarakat, pernyataan Brooks itu benar untuk peristiwa komunikasi dalam situasi interaktif.
Kegiatan Komunikasi interaktif seperti dilukiskan dalam diagram diatas, terjadi antarteman, antar pembeli dan penjual, atau dalam suatu diskusi kelompok. Dalam hal ini, A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B berbicara dan A mendengarkan. Namun, ada pula dalam suatu konteks komunikasi itu terjadi dalam situasi noniteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Agar lebih jelas, situasi komumikasi tersebut. (Tarigan 1994:3).
Hubungan antara Keterampilan Menyimak dengan Membaca
Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu, mendengarkan dan membaca sama- sama merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Mendengarkan berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam tulisan, sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Mendengarkan maupun membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Perbedaannya hanya pada objek yang menjadi focus perhatian (stimulus) berupa suara (bunyi-bunyi), sedangkan pada pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara (dalam mendengarkan) maupun berupa tulisan (dalam membaca), yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide atau informasi sebagaimana yang dimaksudkan oleh si penyampainya.
Apabila ditinjau dari sudut pemerolehan atau belajar bahasa, aktivitas membaca dapat membantu seseorang memperoleh kosakata yang berguna bagi pengembangan kemampuan mendengarkan pada tahap berikutnya, Jadi, pengenalan terhadap kosakata: baru pada aktivitas membaca akan dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan pada tahap berikutnya melalui proses pengenalan kembali terhadap kosakata tersebut.
Sehubungan dengan proses pembelajaran bahasa.menyatakan babwa mendengarkan pun merupakan faktor penting dalam belajar membaca secara efektif. Petunjuk-petunjuk mengenai strategi membaca sering disampaikan guru dikelas dengan menggunakan bahasa lisan. Untuk itu, kemampuan murid dalam mendengarkan dengan pemahaman sangat penting. (Tarigan 1994:4-5).
Hubungan antara Keterampilan Berbicara dengan Membaca
Anda tentu sering menghadiri acara seminar, bahkan mungkin pernah menjadi pemakalahnya. Seorang pembicara dalam seminar biasanya diminta amenulis sebuah makalah terlebih dulu.
Kemudian, yang bersangkutan diminta menyajikan makalah itu secara lisan dalam suatu forum Selanjutnya, peserta seminar akan menanggapi isi pembicaraan si pemakalah tersebut.S
Dalam berpidato pun (salah satu jenis aktivitas berbicara) seseorang dituntut membuat perencanaan dalam bentuk tulisan. Untuk pidato-pidato yang tidak terlalu resmi mungkin si pembicara cukup menuliskan secara singkat pokok-pokok yang akan dibicarakan itu sebagai persiapan. Dalam suatru pidato resmi (misalnya pidato kenegaraan), pembicara dituntut menulis naskah pidatonya secara lengkap. Pidato kenegaraan biasanya dilakukan melalui pembacaan teks naskah pidato yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Dalam kedua jenis aktivitas berbicara seperti yang dikemukakan di atas, tampak jelas keterkaitan antara aktivitas menulis dan berbicara. Bahkan dalam suatu seminar, keempat aspek keterampilan berbahasa itu dilibatkan secara simultan. dan menjelaskan bahwa baik berbicara maupun menulis merupakan kgiatan berbahasa yang bersifat produktif.
Berbicara merupakan kegiatan berbahasa ragam lisan, sedangkan menulis merupakan kegiatan berbahasa ragam tulis. Kemudian, kegiatan menulis pada umumnya merupakan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara pada umumnya bersifat langsung. Ini berarti ada juga kegiatan menulis yang bersifat langsung. misalnya komunikasi ditulis dengan menggunakan telepon seluler (SMS) dan dengan menggunakan intemet (chatting). Sebaliknya, ada pula kegiatan berbicara secara tidak langsung, misalnya melalui pengiriman pesan suara melalui telepon seluler. (Nabanan 1993:153).
Hubungan antara Keterampilan Membaca dengan Menulis
Telah ditemukan pada bagian terdahulu bahwa baik membaca maupun menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan, perasaan atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya, seseorang memahami zagasan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut.
Dalam menuangkan gagasan melalui kegiatan menulis, paling tidak terdapat tiga tahapan yang di lakukan penulis, yakni perencanaan, penulisan, dan revisi. Ketika si penulis meyusun perencanaan mengenai apa yang hendak ditulisnya, sering kali dibutuhkan banyak informasi untuk bahan tulisannya itu. Salah satu cara menghimpun informasi itu dilakukan melalui aktivitas membaca. Aktivitas membaca dan menulis dapat diibaratkan sebagai berikut. Sebelum bisa mengalirkan air dari gentong, seseorang harus mengisi gentongnya terlebih dahulu dengan air. Tidak mungkin seseorang dapat menuangkan air dari gentong jika gentongnya kosong Aktivitas pengisian air ke dalam gentong dapat disetarakan dengan kegiatan menulis. Selanjutnya, dalam proses penulisan si penulis acap kali pula melakukan bongkar pasang untuk tulisannya itu. Di sana-sini dilakukan revisi untuk bagian-bagian tulisan yang dirasanya tidak sesuai dengan gagasan yang akan disampaikannya. Kegiatan bongkar-pasang tulisan ini diperlukan aktivitas membaca, lalu menulis kembali secara berulang-ulang. Jadi, tampak jelas bahwa kemampuan membaca penting sekali bagi proses menulis. (Wray, 1994:96-97).
Kesimpulan dan Saran
Ada 4 aspek keterampilan berbahasa indonesia, yaitu keterampilan menyimak (mendengar), berbicara, membaca dan menulis. Mendengarkan dan berbicara merupakan aspek
keterampilan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca dan menulis merupakan keterampilan bahasa ragam tulis. Mendengar dan membaca adalah keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif, sementara berbicara dan menulis bersifat produktif. Dimana setiap aspek tersebut mempunyai tujuan, jenis, keterampilan dan permasalahan masing-masing tetapi tetap saling berhubungan satu sama lain. Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Pada kegiatan mendengarkan terdapat unsur-unsur kesengajaan, dilakukan penuh dengan perhatian dan konsentrasi untuk memperoleh pemahaman yang memadai. Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara noninteraktif. Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan beerbahasa lisan yang bersifat produktif. Dalam keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Membaca tergolong keterampilan yang bersifat aktif-reseptif. Aktivitas membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Keterampilan membaca terbagi ke dalam dua klasifikasi, yakni (a) membaca permulaan, dan (b) membaca lanjutan Menulis merupakan keterampilan yang bersifat aktif- produktif. Aktivitas menulis bukanlah sekadar hanya menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan menuangkan dan mengembangkan pikiran- pikiran, gagasan-gagasan, ide, dalam suatu struktur tulisan yang teratur, logis, sistematis, sehingga mudah ditangkap oleh pembacanya. Keterampilan menulis diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu (a) menulis permulaan dan (b) menulis lanjutan
Daftar Pustaka
A. Suhanah, Supamo, 2001, Membangun Kompetensi Belajar Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Mulyati, Yeti. 2007. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Tarigan, Henry Guntur.2013. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Bandung: Penerbit Angkasa
Subyakto-Nabanan. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Wray, David. 1998. Literary & Awareness. London: Holder & Stoughton Educational.
Ahmadi, M. (1990). Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan
Apresiasi Sastra. Malang: YA 3 Malang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H