Mereka yang memberi bobot tinggi pada jaminan konsolidasi dan masa depan demokrasi Indonesia. Mereka yang ogah tersandera petuah "choose the lesser evil". Mereka yang dituduh baperan bin labil padahal sesungguhnya sedang menjalankan fungsi kontrol warga negara terhadap rezim yang sedang berkuasa.
Secara jumlah, mungkin pendukung militan Pak Dilan lebih banyak dari golputer dan swing voter. Tapi, jangan lupa, jumlah pendukung militan Pak Dilan bisa jadi seimbang pula dengan jumlah pendukung militan lawannya.
Jadi? Yup. Penentu kemenangan adalah golputer dan swing voter.
Maka, kalau mau menang, kembalilah pada jalan yang diridhoi para golputer. Jalan moderat-progresif-pluralis.
Realita kedua. Pilihan Cawapres Pak Dilan jelas menggarami luka para korban GTIS kembali. Efek negatifnya terhadap elektabilitas Pak Dilan tidak bisa dianggap remeh mengingat ribuan korban ini punya keluarga, saudara, teman, kenalan, atasan, bawahan, pacar, WhatsApp Group, Instagram dan sebagainya.Â
Jumlah ribuan itu bisa mem-bola salju menjadi jutaan. Dan pemerintahan Pak Dilan harus siap terkena getah tuntutan penyelesaian hukum yang seadil-adilnya atas kasus investasi bodong GTIS ini, gegara sang pemberi stempel halal malah di-Cawapres-kan.Â
Lalu gimana gimana gimana dong? Beliaunya sudah terlanjur dipilih Pak Dilan?
Gasah panik gaes. Semua ada solusinya.
Terkait track record sektarianisme dan produk-produk fatwa diskriminatif besutan Sang Cawapres, solusinya adalah beliau harus mampu meyakinkan konstituen Pak Dilan bahwa beliau sudah berubah menjadi penganut nilai-nilai moderat-progresif-pluralis. Bahwa beliau akan memperjuangkan nasib kaum minoritas keagamaan di negeri ini.Â
Setidaknya, konstituen punya harapan bahwa konservatisme dan sektarianisme tidak mendominasi narasi publik selama 2019-2024. Tahun 2024 dan seterusnya, mari kita berjuang lagi. Golputer itu gak neko-neko kok. Diberi harapan saja mereka bisa luluh. Lha kalau harapan saja nihil, bijimana mau nyoblos?
Terkait kasus GTIS, solusinya tentu sudah semestinya beliau meminta maaf secara terbuka pada para korban. Semoga saja para korban GTIS itu, SEMUANYA, cukup puas dengan kata MAAF.Â