Mohon tunggu...
Meilanie Buitenzorgy
Meilanie Buitenzorgy Mohon Tunggu... Dosen - Mantan kandidat PhD, University of Sydney, Australia

Mantan kandidat PhD, University of Sydney, Australia

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Surat Ungu untuk Ahok, Golput, Kardus, dan Lip Balm

18 Agustus 2018   09:24 Diperbarui: 18 Agustus 2018   19:17 2443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat kasus penipuan jamaah umrah First Travel? Kenapa banyak orang memilih First Travel diantara begitu banyak travel haji/umrah bonafid? Karena murah. Kenapa orang berbondong-bondong berinvestasi di GTIS diantara begitu banyak produk investasi bonafid? Karena ada stempel halal dari MUI, yang lagi-lagi dibidani Sang Cawapres. 

Beliau bahkan secara aktif berkeliling presentasi meng-endorse GTIS. Ketika pemilik GTIS kabur menggondol uang nasabah trilyunan rupiah, tentu saja ribuan nasabah tersebut menuntut pertanggungjawaban MUI sebagai pemberi stempel halal sekaligus sebagai pendiri dan pemilik 10% saham GTIS. Bayangkan, ribuan orang terzalimi dengan nilai fantastis. Kalau dipikir-pikir, ini efeknya lebih dahsyat dari kasus korupsi.

Dari sisi korban GTIS, jelas penyelesaian yang adil cuma dua: kerugian mereka diganti, atau pihak-pihak yang dianggap "menjerumuskan" mereka harus diadili secara hukum, sebagaimana telah diputuskan secara hukum untuk pemilik First Travel.

Penyelesaian kasus ini masih menggantung sampai sekarang.

Lalu apa respon nampol team Pak Dilan atas kedua concern tersebut?

Pertama, mengkoleksi 100 orang jubir kampanye, termasuk Farhat Abbas dan Sunan Kalijaga. Kedua, Sang Cawapres akan menemui dedengkot preman berjubah yang sudah setahun lebih kabur dari tanah air.

Tidakkah kita merasa pening, lalu mencari petasan untuk dikunyah-kunyah? Mau sampai titik mana nalar kita ini di-challenge?

Para pendukung militan Pak Dilan sering berkilah ini semua demi realita politik. Kesampingkan segala  idealisme, etika dan moral politik. Yang penting 2019 menang!

Baiklah, kalau begitu mari kita hitung-hitungan dengan basis realita politik.

Di 2014, Pak Dilan hanya menang tipis, 6% dari lawannya. Banyak analis yang menilai angka 6% tersebut disumbangkan oleh swing voter dan "golput turun gunung".  Siapa swing voter dan golput turun gunung tersebut? Ya mereka yang sedari tadi gw deskripsikan di atas. 

Mereka yang konsisten menjunjung nilai-nilai moderat-progresif-pluralis. Mereka yang tak mudah dipuaskan hanya dengan prestasi pembangunan infrastruktur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun