Kisah cinta Mei dan Stef di tahun ke-3 setelah pandangan pertama.Â
(Bag.1: Mei dalam perjalanan memenuhi undangan makan malam dari seorang lelaki bermata hijau-kebiruan bernama Stef)
Sehari sebelumnya, Mei bertemu Stef saat lelaki itu kembali dari liburannya di Kepulauan Sangir-Talaud.
"Daerah leluhur ayahmu sangat indah. Halaman rumah penduduknya terdapat banyak bunga anggrek," cerita Stef sambil tersenyum membayangkan perjalanannya di gugusan pulau-pulau terluar di Sulawesi Utara yang berbatasan dengan negara Filipina itu.
"Senang mendengar kamu melewati hari-hari yang menyenangkan di sana. Ceritakan hal yang indah lainnya. Bagaimana dengan pantai dan gunungnya? atau kamu hanya menghabiskan waktu di kota saja?" Mei tersenyum dan bertanya dengan sedikit bercanda. Dia ingin mendengar lebih banyak tentang gugusan pulau-pulau itu.Â
Stef memandang Mei lekat-lekat. Tatapan yang dalam penuh arti diiringi senyuman sendu yang membingkai wajahnya yang telah kecoklatan akibat sengatan sinar mentari tropis.Â
Bukan sekali Stef menatap Mei seperti itu. Tatapan yang dalam, mencari harapan yang mungkin tersirat. Lelaki itu bukan seorang yang bisa cepat mengatakan maksud hatinya.Â
Tatapan Stef membuat Mei sedikit salah tingkah. Kemudian kesunyian tercipta di antara mereka dan selanjutnya hanyalah suara televisi yang terdengar di lobi hotel tempat Mei bekerja sebagai resepsionis pada shift malam.
Ini adalah tahun ke-3 bagi Mei bekerja di tempat itu. Pekerjaan yang dilakukannya untuk membiayai kuliahnya dan kakaknya, apalagi kakaknya sebagai mahasiswa di fakultas kedokteran yang memerlukan biaya yang tak sedikit.