Besoknya sekitar jam 3 pagi kamu mulai perjalanan ke puncak supaya kamu bisa menikmati matahari terbit. Â Yang paling sulit adalah jalannya yang berpasir. Kamu naik satu langkah kemudian akan turun tiga langkah. Â Ini cukup menguras energi, tapi sesampainya di atas semuanya akan terbayarkan."
Sebagai seorang pencinta alam sejati, semua cerita yang dituturkan Mei bagai simfoni yang sangat indah, mengalun di telinga Stef.Â
Stef ingin selalu ada di dekat gadis itu mendengar dia bercerita tentang gunung, air terjun di desa Kali, danau sulfur Linow di Tomohon, hutan pinus dengan semburan lumpur panas dari dalam tanah di hutan pinus Lahendong atau gerombolan itik-itik di tepian danau Tondano.
Liburan ini adalah kali ke-3 Stef datang ke Manado. Â
Dua minggu lalu, dia bertanya pada Mei mengenai tempat wisata lainnya di Sulawesi Utara yang bisa dia kunjungi karena dia sudah hampir mengunjungi semua obyek wisata di daerah itu.
"Kepulauan Sangir-Talaud juga tak kalah indah. Itu adalah gugusan pulau-pulau paling utara provinsi ini yang berbatasan dengan negara Filipina. Belum terlalu banyak wisatawan yang ke sana karena untuk mencapai tempat itu, masih harus melalui perjalanan laut semalam lamanya, dengan menggunakan kapal kayu. Â
Oh, ya di sana ada gunung api bawah laut. Orang-orang Jepang sering ke sana. Mereka melakukan semacam penelitian,Â
Leluhurku dari sebelah ayah berasal dari gugusan pulau-pulau itu, tapi aku sendiri belum pernah kesana. Menurut cerita ayahku dan dikonfirmasi oleh buletin wisata, kepulauan dengan jumlah 105 pulau itu sangat indah," Mei menjelaskan dengan senyum rekomendasi.
Ingin sekali Stef mengajaknya "Yuk, ikut denganku." Â Tapi apa haknya, bagaimana jika Mei tidak mau melihatnya lagi karena terlalu lancang untuk bertanya.
Kemudian seperti saran Mei, Stef pun memutuskan untuk mengunjungi kepulauan itu.