Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai alam, budaya, dan olahraga. Menghargai perbedaan dan tertarik akan keanekaragaman dunia

Penulis buku, The Purple Ribbon. Buku tentang kelainan neurologis akibat cacat kongenital tengkorak, diterbitkan oleh Pustaka Obor Indonesia, 2024.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerbung (Bag. 2): Langit Kelabu di Manado

15 Januari 2025   11:25 Diperbarui: 16 Januari 2025   02:26 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja di pulau Sangir (sumber: S. Matthes) 

(Bag.1: Mei mendapat undangan makan malam dari seorang lelaki bermata hijau-kebiruan bernama Stef)

Sehari sebelumnya, Mei bertemu Stef saat lelaki itu kembali dari liburannya di Kepulauan Sangir-Talaud.

"Daerah leluhur ayahmu sangat indah. Halaman rumah penduduknya terdapat banyak bunga anggrek," cerita Stef sambil tersenyum membayangkan perjalanannya di gugusan pulau-pulau terluar di Sulawesi Utara yang berbatasan dengan negara Filipina itu.

"Senang mendengar kamu melewati hari-hari yang menyenangkan di sana. Ceritakan hal yang indah lainnya. Bagaimana dengan pantai dan gunungnya? atau kamu hanya menghabiskan waktu di kota saja?" Mei tersenyum dan bertanya dengan sedikit bercanda. Dia ingin mendengar lebih banyak tentang gugusan pulau-pulau itu. 

Stef memandang Mei lekat-lekat. Tatapan yang dalam penuh arti diiringi senyuman sendu yang membingkai wajahnya yang telah kecoklatan akibat sengatan sinar mentari tropis. 

Bukan sekali Stef menatap Mei seperti itu. Tatapan yang dalam, mencari harapan yang mungkin tersirat. Lelaki itu bukan seorang yang bisa cepat mengatakan maksud hatinya. 

Tatapan Stef membuat Mei sedikit salah tingkah. Kemudian kesunyian tercipta di antara mereka dan selanjutnya hanyalah suara televisi yang terdengar di lobi hotel tempat Mei bekerja sebagai resepsionis pada shift malam.

Mei bekerja sebagai resepsionis di salah satu hotel melati di Manado (dokumentasi pribadi) 
Mei bekerja sebagai resepsionis di salah satu hotel melati di Manado (dokumentasi pribadi) 

Ini adalah tahun ke-3 bagi Mei bekerja di tempat itu. Pekerjaan yang dilakukannya untuk membiayai kuliahnya dan kakaknya, apalagi kakaknya sebagai mahasiswa di fakultas kedokteran yang memerlukan biaya yang tak sedikit.

Kepergian ibu mereka sebagai tiang ekonomi keluarga membuat kehidupan mereka menjadi tak menentu. Saat Mei masih kecil, ayahnya yang juga berprofesi guru berhenti bekerja.

Mei sendiri masih terlalu kecil saat itu untuk memahami apa yang terjadi, tapi yang ada di ingatannya karena ayahnya aktiv di salah satu partai politik yang berbeda dengan partai yang berkuasa saat itu dan sesudahnya tidak terlalu mudah bagi ayahnya untuk mendapat pekerjaan kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun