Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai alam, budaya, dunia literasi, dan olahraga

Menghargai perbedaan dan tertarik akan keanekaragaman dunia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Bahasa Ibu sebagai Pilar Budaya dan Cerminan Leluhur

28 Februari 2024   06:02 Diperbarui: 28 Februari 2024   16:56 1438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Long Form Sensus Penduduk 2020 (LF SP2020) menunjukkan bahwa 73,87% keluarga Indonesia masih menggunakan bahasa daerah saat berkomunikasi di tengah keluarganya.

Sementara itu, di lingkungan kerabat atau tetangga, bahasa daerah hanya digunakan oleh 71,93%. Angka lebih kecil ditemukan di kalangan generasi Z dan generasi Alfa. Mereka hanya menggunakan bahasa daerah di tengah keluarga di kisaran angka 61---62% saja.

Dari data-data di atas ini menunjukan bahwa semakin hari dalam pergantian generasi, bahasa daerah menjadi lebih sedikit penuturnya.

Ada beberapa faktor penyebabnya, sebut saja karena era globalisasi dan perkembangan dunia digital.

Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang paling umum digunakan di internet. Perkembangan Anime dan K-Pop membuat bahasa Jepang dan Korea menjadi pesaing. 

Hal lain karena perkawinan campur antar suku atau antar berbeda kewarganegaraan. Hal-hal ini menjadikan bahasa daerah menjadi lebih terpinggirkan.

Tidak ada yang salah dengan mempelajari bahasa-bahasa lain. "Memang sudah begitu perkembangan dunia."

Tetapi kembali lagi, apakah kita mau melestarikan budaya bahasa-bahasa daerah itu?

Bahasa adalah landasan suatu kebudayaan. Bagi masyarakat lisan daerah, kata-kata menyimpan pengetahuan yang telah dikumpulkan selama ribuan tahun. Suatu bahasa juga menyimpan cerita, lagu, tarian, protokol, dan sejarah. Bahasa juga seringkali menganut hukum adat masyarakat.

Ketika suatu bahasa mati, begitu pula kaitannya dengan budaya dan sejarah masa lalu. Tanpa hubungan penting dengan sejarah linguistik dan budaya mereka, masyarakat akan kehilangan rasa identitas dan rasa memiliki.

Masyarakat adat atau daerah telah mengamati dan membicarakan lingkungannya sejak dahulu kala. Semua pengetahuan tersebut, yang terkandung dalam bahasa tersebut, merupakan sumber informasi yang sangat berharga tentang sejarah lingkungan alam, iklim, tumbuhan, dan hewan. Ini adalah kumpulan pengetahuan yang tidak dapat diambil kembali.

Ilmu pengetahuan modern juga berasal dari pengetahuan tradisional masyarakat adat dan semuanya terkena dampak ketika gudang pengetahuan lingkungan tradisional yang tak tergantikan itu hilang. Setiap bahasa yang mati sama dengan hilangnya kekayaan budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun