Data terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Long Form Sensus Penduduk 2020 (LF SP2020) menunjukkan bahwa 73,87% keluarga Indonesia masih menggunakan bahasa daerah saat berkomunikasi di tengah keluarganya.
Sementara itu, di lingkungan kerabat atau tetangga, bahasa daerah hanya digunakan oleh 71,93%. Angka lebih kecil ditemukan di kalangan generasi Z dan generasi Alfa. Mereka hanya menggunakan bahasa daerah di tengah keluarga di kisaran angka 61---62% saja.
Dari data-data di atas ini menunjukan bahwa semakin hari dalam pergantian generasi, bahasa daerah menjadi lebih sedikit penuturnya.
Ada beberapa faktor penyebabnya, sebut saja karena era globalisasi dan perkembangan dunia digital.
Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang paling umum digunakan di internet. Perkembangan Anime dan K-Pop membuat bahasa Jepang dan Korea menjadi pesaing.Â
Hal lain karena perkawinan campur antar suku atau antar berbeda kewarganegaraan. Hal-hal ini menjadikan bahasa daerah menjadi lebih terpinggirkan.
Tidak ada yang salah dengan mempelajari bahasa-bahasa lain. "Memang sudah begitu perkembangan dunia."
Tetapi kembali lagi, apakah kita mau melestarikan budaya bahasa-bahasa daerah itu?
Bahasa adalah landasan suatu kebudayaan. Bagi masyarakat lisan daerah, kata-kata menyimpan pengetahuan yang telah dikumpulkan selama ribuan tahun. Suatu bahasa juga menyimpan cerita, lagu, tarian, protokol, dan sejarah. Bahasa juga seringkali menganut hukum adat masyarakat.
Ketika suatu bahasa mati, begitu pula kaitannya dengan budaya dan sejarah masa lalu. Tanpa hubungan penting dengan sejarah linguistik dan budaya mereka, masyarakat akan kehilangan rasa identitas dan rasa memiliki.
Masyarakat adat atau daerah telah mengamati dan membicarakan lingkungannya sejak dahulu kala. Semua pengetahuan tersebut, yang terkandung dalam bahasa tersebut, merupakan sumber informasi yang sangat berharga tentang sejarah lingkungan alam, iklim, tumbuhan, dan hewan. Ini adalah kumpulan pengetahuan yang tidak dapat diambil kembali.
Ilmu pengetahuan modern juga berasal dari pengetahuan tradisional masyarakat adat dan semuanya terkena dampak ketika gudang pengetahuan lingkungan tradisional yang tak tergantikan itu hilang. Setiap bahasa yang mati sama dengan hilangnya kekayaan budaya.