"Lilly mau makan apa?"
Tidak terlihat penggunaaan kata "Aku" dan "Kamu" dalam kedua contoh kalimat di atas.
Pemakaian Bahasa Jerman yang berkarakter Indonesia ini hanyalah terjadi di masa-masa awal anak saya di TK, tapi kemudian lewat proses adaptasi yang singkat dia tidak menggunakannya lagi.
Meskipun cara ini tidak digunakan anak saya lagi tapi dia paham bahwa ada perbedaan karakter antara Bahasa Jerman dan Bahasa Indonesia. Hal ini penting untuk membangun pola pikirnya atas budaya Indonesia.
Bagaimana dengan Bahasa Ibu di Indonesia?
Di Indonesia, kita memahami bahwa bahasa ibu adalah bahasa daerah karena lingkungan sekitar yang berbahasa nasional Indonesia.Â
Menurut penelitian untuk pemetaan Bahasa Indonesia yang dilaksanakan oleh Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilakukan sejak tahun 1991-2019, bahasa daerah (tidak termasuk dialek dan subdialek) di Indonesia yang didentifikasi dan divalidasi sebanyak 718 bahasa dari 2.560 daerah pengamatan. (https://petabahasa.kemdikbud.go.id/)
Kita semua sepakat bahwa bahasa daerah adalah pilar budaya yang merupakan salah satu warisan leluhur, memperkuat identitas karena memberikan petunjuk dari mana kita berasal, mencerminkan sejarah, nilai, dan tradisi.
Sebagai generasi X, saya dibesarkan dengan mendengar bahasa daerah meskipun di dalam rumah, saya tidak menggunakan bahasa daerah itu karena kedua orang tua saya berasal dari suku yang berbeda. Bahasa sehari-hari kami adalah bahasa Indonesia.Â
Saya mendengar bahasa daerah jika kerabat ibu (suku Poso) atau ayah (suku Sangihe, Sulawesi Utara) datang berkunjung. Bahasa daerah lain yang kudengar juga adalah bahasa Gorontalo tempat saya dibesarkan. Bahasa yang dipakai oleh tetangga-tetangga saya.
Karena bahasa Gorontalo yang sering saya dengar maka bisa dikatakan penguasaan saya akan bahasa ini lebih banyak dari bahasa daerah kedua orang tua saya.