"Kiran..." Suara terdengar dari balik bahunya.
Kirana berbalik. Â Matanya sudah berbicara. Â Bagas meraih dan merengkuh gadis itu kedalam dekapannya. Â Dia tahu akan cinta gadis itu tapi ada kesesakan yang tidak atau belum bisa diceritakan seperti dia pun yang belum bisa menceritakan bahwa sampai detik ini dia tidak mengenal siapa ayahnya. Â Kecuali kenangan bersama seorang ibu yang selalu mengusap kepalanya sebelum dia tidur dan memasakkan pepes mujair kesukaannya.
"Kiran, temani aku ya, pulang ke Indonesia untuk membangun negeri kita jika pendidikan S3-ku sudah selesai."
Serbuk-serbuk putihnya masih tetap menghiasi langit kota Stuttgart, turun dan hinggap di atap-atap bangunan, di jalan-jalan kota, dan mantel pejalan kaki. Â Gadis itu merasa aman dan damai. Â Ketakutannya sirna dalam dekapan lelaki yang dirinduinya. Â Mengubur kenangan akan tangan kekar sesorang yang dipanggilnya "Paman" yang hampir saja menyeretnya di ruang gelap pada malam yang berhujan itu, jika saja ibunya tidak pulang lebih awal.
***
Kernen im Remstal 15 Desember 2023
Penulis: Meike Juliana Matthes
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H