Gadis itu menyudahi shift-nya, membungkus tubuhnya dengan mantel kemudian melangkahkan kakinya keluar dari toko buku. Â Udara dingin menyambutnya di sana membuat pipinya terasa kebas.
Untuk apa aku ada di negeri empat musim ini? Â Sering dia bertanya dalam hati. Â Juga saat ini. Â Pertanyaan itu membuat tubuhnya terasa menggigil dibalik mantel panjangnya.
Kirana berjalan menyusuri Koenigstrasse, menuju Backfactory, rumah kopi dan roti yang berada tepat di depan stasiun utama kereta Stuttgart, Stuttgart Hauptbahnhof.
Dia menunggu di depan bangunan itu, sebentar lagi Bagas akan tiba.Â
Sampai satu jam telah lewat. Â Kirana masih menunggu. Â Dia membuka ponsel. Â ICE 615, kereta yang ditumpangi Bagas mengalami keterlambatan ternyata salju telah melumpuhkan sebagian wilayah Jerman.Â
Pesannya masih bercentang satu.Â
Tiba-tiba Kirana diliputi rasa cemas, takut. Diingatnya pembicaraan dengan lelaki itu kemarin. Â Pertanyaan yang belum dijawabnya.
"Kiran, kamu masih mau kan kembali ke Indonesia?"
Sejenak ingatannya kembali pada promosi pendidikan S3 yang ditawari professornya dan kesempatan berkarir di salah satu lembaga penelitian. Â
Kirana menarik napas panjang kemudian menutup matanya. Â Suara bising kendaraan tak terdengar di telinganya. Â Ada yang dinaikkan dari dalam hati.
Gerimis salju yang belum mereda dan sapuan angin dingin menyamarkan tetesan di matanya.