Mohon tunggu...
Anjar Meiaw
Anjar Meiaw Mohon Tunggu... Editor -

Kadang nulis | Kadang ngedit | Kadang nyanyi | Kadang ngemsi | Kadang shopping |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meretas Batas

18 Desember 2015   12:54 Diperbarui: 18 Desember 2015   15:28 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubunganku dengan Ken bertahan lewat sebatang ponsel saja. Kami setiap hari memupuk cinta lewat SMS, telepon dan akun twitter. Itu saja. Tapi nyatanya kami tetap menjaga kesetiaan hingga kini.

“Kapan jadinya Ken melamarmu, Ra?” Ibu bertanya entah kali keberapa.

“Ken masih sangat sibuk, Bu. Saya belum berani menanyakannya.”

Helaan nafas berat yang kudengar dari Ibu. Aku tahu, Ibu mulai tak tenang melihat aku belum juga dilamar oleh Ken padahal kami sudah bekerja. Tapi tenang, Bu. Aira pasti menikah dengan Ken!

Ken kembali ke Solo setelah agak luang. Aku bahagia sekali. Ku kira ia datang bersama serta orangtuanya. Tapi nyatanya ia datang sendiri membawa kabar dan sepotong kertas glossy berwarna biru muda. Kertasnya harum. Ada banyak kerlip yang bertaburan di atasnya. Kupandangi kertas bertangkup itu dengan menahan sebak. Tercetak jelas nama Ken Widodo, S.Kom dan Nadia Laila Pua, Amd. Keb. Seketika tubuhku menyuruk dan menenggelamkannya ke pelukan Ken. Aku menangis sepuasnya di sana.

“Maafkan aku, Ra.” Bisik Ken meminta ampunan.

Ternyata sebelum kuliah di Solo dahulu, Ken sudah mengikat janji dengan seorang wanita teman SMA-nya dulu. Mereka akan menikah setelah Ken lulus kuliah.

“Aku tak sanggup mengingkarinya, Ra. Nadia wanita yang baik. Aku banyak berhutang budi padanya. Dia sudah menungguku selama empat tahun lebih. Sejak aku ke Solo. Sepulangku dari Solo, ternyata ia sudah mempersiapkan segalanya. Undangan, katering, gedung, semua. Aku tak bisa menolak itu, Ra.” Ceracaunya membuatku ingin membunuhnya lekas-lekas! Mengerkah tulang-tulangnya! Mencabik-cabik dagingnya dan menelannya mentah-mentah! Lalu kau pikir aku tidak menunggumu, hah?! Kau pikir aku bukan wanita baik? Kau pikir kau tidak hutang sama aku? Kau sudah mendapatkan semuanya dari aku, Ken! Semuanya!!

Aku masih sesenggukkan.

“Setelah ini, aku akan bawa Nadia tinggal di Solo. Aku ingin dia dekat sama kamu dan akan merestui engkau untukku, Ra.” Ia masih berkata semakin sinting yang nyaris tak ingin kudengar lagi.

“Aku yakin Nadia akan memahami cinta kita, Ra. Aku yakin.” Ken mencoba menghiburku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun