Tinah menatap lurus ke depan dengan mata menyipit. "Kemungkinan ada orang yang marah karena aku berhasil membuat hancur teluhnya pada pasienku. Cuma aku tak tahu dari arah mana ajian itu berasal. Ada lapis gelap menutupi. Untungnya, Kakak cepat-cepat cerita sama aku. Kalau tak, Ria dalam bahaya besar."
Ria dan Mak bergidik, kemudian saling lempar pandang. Mak buru-buru menyimpan kertas berisi catatan doa-doa yang harus dibaca ketika membakar gamis Ria nanti. Sementara itu, Ria terdiam sambil terus mengucap syukur dalam hati, untung baju tersebut belum dipakai setelah menerimanya kemarin.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H