"Tak ada, kenapa?" Mak balas tanya.
"Di mana, ya, Mak? Kucari-cari pun tak ketemulah," ujar Ria hampir menangis.
Mak berdecak. "Di cucian baju kotor sudah kau cari?"
"Sudah, Mak. Tapi, tak ada pun."
"Ingat-ingat dulu baik-baik."
"Jangan-jangan ada yang curi, Mak," tebak Ria.
"Hus, jangan ngomong sembarangan. Tak baiklah 'tu." Mak merengut. "Nanti kalau ada yang dengar jadi panjang urusan."
Ria mengembus napas panjang, putus asa. Baju yang hendak dipakainya, lenyap entah ke mana. Hati Ria gundah gulana. Terus mengingat tempat dia meletakkan baju itu terakhir kalinya, tetapi tak kunjung teringat jua.
Gamis merah muda itu adalah baju kesayangan Ria sebab nyaman dipakai. Modelnya yang polos tanpa corak membuat gamis tersebut mudah dipadukan dengan kerudung berbagai warna. Mengingat itu hati Ria jadi kesal lagi. Dia masuk ke kamar. Dikeluarkannya seluruh isi almari, berharap si gamis hanya terselip di antara tumpukan baju lain. Namun, usahanya sia-sia. Sudahlah gamis tak ketemu, bertambah pula pekerjaan akibat susunan baju-baju yang jadi berantakan.
Akhirnya, Ria sampai pada kesimpulan: gamis hilang dicuri orang, tetapi siapa? Kepala Ria jadi pusing tujuh keliling memikirkannya.
"Bukan rezekimu, Ria," tutur Mak menenangkan. "Insyaallah, kalau ada rezeki berlebih, lain kali beli gamis baru saja."