"Bisa sekalian kita kerjain ni, Ibu satu ni sepertinya yang minta, Ko" ujar pria berkaos hitam.
   Ucapannya mampu membuat emosiku terprovokasi. Memasang kuda-kuda dengan sikap siaga.
   "Maju kalian sekaligus!" Tantangku dengan pandangan dingin mendominasi. Sambil melirik Alika yang di tepi jalan, masih dengan tangisannya. Yang paling kutakuti bukan kedua orang pria tak dikenal ini. Tapi ketakutan dan trauma pada anakku yang ingin kuelakkan.
   Tiba-tiba kedua pria tersebut maju bersamaan ingin menangkap tubuhku.
   Dengan sigap menghindar serta mengarahkan kepalan tinju ke arah wajah pria brewok, sementara kakiku layangkan dengan cepat menuju perut pria berkaos hitam. Mereka terhuyung terkejut akan serangan tiba-tiba yang mereka peroleh.
   Pria brewok mengelap wajahnya, dan membuang ludah. Menatap ke arahku dengan pandangan tajam. Bersiap akan menyerang kembali.
   "Apa kalian mau lebih babak belur lagi?" tanyaku dengan sedikit menaikkan dagu,jumawa.
   "Maju sekaligus, biar cepat," tandasku. Berlama-lama disini membuatku malas. Mengingat si bungsu yang kelamaan ditinggal akan menangis nantinya.
   Pria berkaos hitam memberi kode kepada temannya. Mereka beriringan ingin memblokir pergerakan tubuhku. Dengan secepat kilat kaki beraksi menendang bagian bawah perut si brewok, membuatnya mundur dan mengerang kesakitan. Dan hal itu membuat pria berkaos hitam berkesempatan berhasil memeluk pinggangku dari belakang dan mencoba menahan tubuhku bergerak.
   "Mama!"
   Teriakan Alika membuatku sadar dengan cepat  harus membalikkan keadaan.