Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Membakar Asa

4 Mei 2023   06:00 Diperbarui: 4 Mei 2023   06:54 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di saat aku mengomel dan menggerutu sosok Alvin, sambil menyiram lubang  kloset serta lantai menggunakan  gayung. Tak disangka Alvin berada di luar pintu toilet, hampir saja ia terkena cipratan air.

"Eh, kok ke tempat toilet perempuan, Ko?" tanyaku kaget.

"Sudah bersih apa belum?" Ia melonggokkan kepala dan matanya memindai. "Ok, selesai, silakan masuk barisan," sambungnya lagi.

Tanpa menyahut, aku membalikkan badan, akan beranjak meninggalkannya sendirian.

"Tunggu!"serunya. "Nama kamu siapa? Hitam manis." Senyumnya mengembang memamerkan barisan giginya yang putih dan rapi. Ia menyusul dan melangkah mendekatiku.

Aku menoleh dan terkesima, ternyata pesona kakak yang setahun di atasku itu sangat kuat. Wajahnya bersih dan mulus, bibir merah seperti mengenakan lipbalm, rambut lurus tanpa belahan. Ia menyodorkan tangan, kusambut dengan menyebutkan nama.

*** 

Sejak saat itu kami menjadi dekat, acapkali ia mendatangi kelasku untuk mengajak makan di kantin yang sama. Apalagi rumah kami satu arah, ia mengayuh sepeda dengan santai dan menjemputku. Mulanya sebagai sahabat, tanpa ungkapan. Pandangan sinis dan cemburu sering kudapatkan dari siswi yang keturunan Tionghoa.  Aku gadis Jawa perantauan  berkulit gelap dengan mata besar beriringan dengan pria yang sebaliknya. Sekian bulan, kami bersama, tepatnya aku tetap menyimpan rasa. Meski sinyal itu bisa kutangkap, ada hal yang terbalas.

Aku mendengar masyarakat heboh, akan ada festival Ritual Bakar Tongkang yang diadakan setiap tahun pada hari ke-16  bulan ke-5 menurut kalender China yang mereka sebut Go Gek Cap Lak. Sebagai warga baru pertama kali melihat event tersebut aku sangat antusias. Banyak kelenteng di Bagansiapiapi ini sibuk mempersiapkan acara.

"Kak Alvin, tongkangnya kenapa dibakar?" tanyaku pada Alvin saat kami sedang duduk di taman kota Bagansiapiapi. Selain taman yang asri Kabupaten Rokan Hilir ini juga menyediakan  hutan kota yang luasnya mencapai tujuh hektar  dengan tambahan air mancur menari yang sangat indah.

"Itu, untuk mengenang para leluhur orang Tionghoa dalam menemukan Bagansiapiapi dan wujud syukur kepada Dewa Ki  Hu Ong Ya. Akan ada seratus kelenteng yang akan ikut pada festival kali ini, tradisi ini sudah ada sejak lama, dan menjadi ikon wisata bagi daerah kita untuk menarik wisatawan," Ia menjelaskan sembari menyodorkan air mineral kepadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun