Di saat aku mengomel dan menggerutu sosok Alvin, sambil menyiram lubang  kloset serta lantai menggunakan  gayung. Tak disangka Alvin berada di luar pintu toilet, hampir saja ia terkena cipratan air.
"Eh, kok ke tempat toilet perempuan, Ko?" tanyaku kaget.
"Sudah bersih apa belum?" Ia melonggokkan kepala dan matanya memindai. "Ok, selesai, silakan masuk barisan," sambungnya lagi.
Tanpa menyahut, aku membalikkan badan, akan beranjak meninggalkannya sendirian.
"Tunggu!"serunya. "Nama kamu siapa? Hitam manis." Senyumnya mengembang memamerkan barisan giginya yang putih dan rapi. Ia menyusul dan melangkah mendekatiku.
Aku menoleh dan terkesima, ternyata pesona kakak yang setahun di atasku itu sangat kuat. Wajahnya bersih dan mulus, bibir merah seperti mengenakan lipbalm, rambut lurus tanpa belahan. Ia menyodorkan tangan, kusambut dengan menyebutkan nama.
***Â
Sejak saat itu kami menjadi dekat, acapkali ia mendatangi kelasku untuk mengajak makan di kantin yang sama. Apalagi rumah kami satu arah, ia mengayuh sepeda dengan santai dan menjemputku. Mulanya sebagai sahabat, tanpa ungkapan. Pandangan sinis dan cemburu sering kudapatkan dari siswi yang keturunan Tionghoa.  Aku gadis Jawa perantauan  berkulit gelap dengan mata besar beriringan dengan pria yang sebaliknya. Sekian bulan, kami bersama, tepatnya aku tetap menyimpan rasa. Meski sinyal itu bisa kutangkap, ada hal yang terbalas.
Aku mendengar masyarakat heboh, akan ada festival Ritual Bakar Tongkang yang diadakan setiap tahun pada hari ke-16 Â bulan ke-5 menurut kalender China yang mereka sebut Go Gek Cap Lak. Sebagai warga baru pertama kali melihat event tersebut aku sangat antusias. Banyak kelenteng di Bagansiapiapi ini sibuk mempersiapkan acara.
"Kak Alvin, tongkangnya kenapa dibakar?" tanyaku pada Alvin saat kami sedang duduk di taman kota Bagansiapiapi. Selain taman yang asri Kabupaten Rokan Hilir ini juga menyediakan  hutan kota yang luasnya mencapai tujuh hektar  dengan tambahan air mancur menari yang sangat indah.
"Itu, untuk mengenang para leluhur orang Tionghoa dalam menemukan Bagansiapiapi dan wujud syukur kepada Dewa Ki  Hu Ong Ya. Akan ada seratus kelenteng yang akan ikut pada festival kali ini, tradisi ini sudah ada sejak lama, dan menjadi ikon wisata bagi daerah kita untuk menarik wisatawan," Ia menjelaskan sembari menyodorkan air mineral kepadaku.