Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Horor

Dua Kekuatan

25 April 2023   06:00 Diperbarui: 25 April 2023   05:59 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Koleksi Desain Megawati Sorek

*** 

Waktu berlalu begitu cepat, setelah Makcik Edah memberikan makan siang tadi, ia pun pergi. Hingga malam telah menjelang, ia belum datang kembali. Kini aku lapar dan haus, tenagaku makin lemah. Aku mencoba memejamkan mata, diiringi suasana gelap dan lembap dengan tarikan napas sesak.

Aku tergegau, saat menyadari ada cahaya. Makcik Edah sedang menghidupkan lampu teplok serta lilin yang ia keluarkan dari bungkusan di tangannya, lalu dengan cekatan membakar dupa.

"Lepaskan aku, Makcik. Ini tak betul. Ingat azab Allah." Aku memohon dengan air mata yang telah lolos dari kelopak mataku. 

"Neraka memang sudah tempat kami!" Makcik Edah mengambil nampan berisi dupa yang berasap. 

Dukun beranak kampung itu mengambil posisi hanya dua langkah dari hadapanku. Ia menjatuhkan diri, duduk bersimpuh. Dia mulai melantunkan bahasa yang tidak aku mengerti.

Angin begitu dingin dan sangat tak wajar. Api-api lilin meliuk-liuk. Bahkan suara angin itu begitu memekakkan.

Aku merasakan serangan hawa panas dan dingin bergantian pada setiap aliran darah. Tubuhku meronta-ronta, seperti ada tenaga yang sangat besar ingin keluar. Seketika kedua kaki tanganku menghentak, kayu balok pasung itu terlempar. Rantai di tangan pun terlepas.

Tidak lama kemudian, aku mendengar suara jeritan yang ramai, lalu bisikan ramai orang dari berbagai arah, seolah memenuhi kepalaku yang panas. Entahlah, aku merasa tubuh ini sedang bergerak. Ada emosi yang tidak kukenali, kemurkaan yang di luar kendali.

Aku mendengar suara kekehan berat. "Raga ini milikku, kau tak bisa mengambilnya," ucap suara itu. Tunggu, itu ... terdengar seperti suaraku. Aku tiba-tiba membuka mata. Hal pertama yang kulihat adalah wajah  Makcik Edah yang lebih tinggi dariku. Matanya terbelalak dengan lidah yang terjulur. Ada sebuah tangan yang sedang mencengkeram lehernya.

Apa-apaan ini? Sejak kapan tanganku mencengkeram leher dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Aku merasa bibirku membentuk seringai. Darah hitam mengalir dari mulut perempuan itu hingga membasahi tanganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun