Lamunanku buyar ketika terdengar suara ponselku yang berdering di nakas yang terletak samping ranjang. Aku beranjak berdiri mengambilnya tertera nama sekretarisku di situ.
"Halo!" sambil berjalan menuju balkon kembali.
"Ada apa? Sudah berhasil?" sambungku lagi, tak sabar menunggu laporan hasil kerjanya.
"Beres, Bos! Misi selesai, dua-duanya, penjualan bagus juga,"
"Kirimkan lewat e-mail detailnya!" Senyumku menggembang puas serta menutup obrolan tanpa permisi.
Aku meraih cangkir menyesap kopi hitam yang tak lagi panas itu dengan hati yang bahagia. Lagi untuk kesekekian kalinya timku sukses melakukan tugas dariku. Maka sisa separo pembayaran akan segera di transfer oleh klienku sebentar lagi tentunya.
Tanda e-mail masuk berbunyi pada handphoneku. Terlihat dua laporan yang dikirim, menjelaskan kurva yang terus naik, penjualan narkoba dan kronologis cara tim kami menghabisi nyawa seorang lelaki. Ya, pria, bapak-bapak yang tak bertanggung jawab yang bisanya menyakiti istri dengan berselingkuh dan mensia-siakan anakknya.Â
Selain gerbong mafia narkoba aku juga menyediakan fasilitas jasa sebagai pembunuh bayaran dengan atau bahkan suka rela untuk khusus target  yaitu jantan yang hanya menjadi sampah. Dari pada hidup menyusahkan saja bukankah lebih bagus dihabisi saja orang seperti itu.  Aku benci Bapak! Dan Ia telah menjadi korban pertamaku. Ada istri yang tersakiti, lapor padaku! Kami siap untuk menghabisi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H