PEMBAHASAN
a. Profil Pulau Pasaran
Pulau Pasaran yang terletak di pesisir Bandar Lampung, Lampung, tepatnya di Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, selama ini dikenal sebagai sentra produksi ikan teri. Saat ini, pulau seluas 12 hektar itu telah bertransformasi menjadi kampung nelayan modern dengan berbagai fasilitas. Salah satu hal menjadikan Pulau Pasaran unik adalah keberadaanya yang menjadi satu-satunya pulau berpenduduk di areal perkotaan di Lampung. Wilayah pesisir Lampung merupakan pertemuan dua wilayah, yaitu laut (Laut Jawa dan Samudera Hindia) dan daratan (Pegunungan Bukit- Barisan Selatan dan dataran banjir di sebelah timur). Wilayah pesisir Provinsi Lampung dapat dibagi menjadi empat bagian: Pantai Barat, Pantai Timur, Teluk Semangka dan Teluk Lampung. Keempat wilayah tersebut memiliki karakteristik biofisik, sosial, ekonomi dan budaya yang berbeda. Teluk Lampung merupakan sebuah teluk di perairan Selat Sunda (Pemerintah Daerah Propinsi Lampung, 2000). Pulau Pasaran merupakan pulau buatan di lepas pantai Teluk Lampung, tepatnya di Desa Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.
Pulau Pasaran memiliki luas wilayah sebesar 13 hektar dan dihuni oleh 1500 jiwa. Sebagian besar penduduk Pulau Pasaran berprofesi sebagai nelayan dan pengolah ikan (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2022). Pulau Pasaran merupakan salah satu sentra industri pengolahan ikan teri dan asin di Lampung. Industri pengolahan ikan teri dan ikan asin di Pulau Pasaran melayani kebutuhan ikan asin nasional dengan produksi 20 hingga 30 ton ikan teri per hari. Selain menjadi pusat industri pengolahan ikan teri dan asin, Pulau Pasaran juga menjadi tempat budidaya kerang. Kerang hijau dipelihara dengan sistem keramba apung. Akses ke Pulau Pasaran dapat ditempuh dengan jalur penyeberangan laut menggunakan perahu jukung atau jalur jembatan yang bisa dilewati oleh pejalan kaki dan motor. Jembatan sepanjang 200 meter yang merupakan penghubung Pulau Pasaran dengan daratan di Teluk Betung ini dibangun tahun 2013. Fasilitas umum yang ada di Pulau Pasaran, diantaranya jalan kampung yang sudah di paving selebar 1 meter, pusat kesehatan masyarakat, masjid. MCK umum, gedung pertemuan, gedung koperasi, suplai listrik oleh PLN, dan air oleh (PDAM) dengan pipa yang tertanam di bawah laut. Sebagian warga masih memiliki sumur namun air sumur di sini tidak dikonsumsi karena berasa asindan hanya untuk kegiatan MCK. Penduduk yang mendiami Pulau sebanyak 1.173 jiwa yang terdiri dari 224 kepala keluarga. Penduduk Pulau Pasaran mayoritas bersuku jawa dan sisanya suku bugis dengan agama Islam sebagai kepercayaan yang dianut oleh warga. Kehidupan kemasyarakatan di Pulau Pasaran sangat rukun sehingga tidak pernah terjadi konflik sosial diantara masyarakat. Sektor perikanan menempati urutan pertama dalam mata pencarian warga desaÂ
Pulau Pasaran yang didominasi usaha pengolahan ikan teri, diikuti pengolah ikan asin, nelayan dan pembudidaya ikan serta buruh harian dan sebagainya.S ebagai pusat pengolahan ikan teri di Lampung, pulau Pasaran menyerap banyak tenaga kerja. terutama kaum ibu dari luar pulau. Satu pengolah paling sedikit membutuhkan sepuluh orang tenaga kerja lepas untuk proses penjemuran dan penyortiran ikan teri. Sehingga tidak kurang 300 orang ibu-ibu dari daratan di luar pulau yang setiap hari mengandalkan hidup bekerja di pulau Pasaran. Hal ini yang menjadi dasar Pulau Pasaran ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan oleh Wali Kota Bandar Lampung pada tahun 2010.
Selain pengolahan ikan, Pulau Pasaran juga memiliki galangan kapal atau tempat pembuatan kapal laut serta keramba apung budidaya kerang hijau dengan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Pulau pasaran juga membuka jalur wisata menuju spot mancing dan pulau wisata lainnya yang ada di Provinsi Lampung.Â
b. Sejarah Pulau Pasaran
Pulau pasaran, terletak di selatan kota bandar lampung,memiliki sejarah yang kaya sebagai kampung nelayan. Sejak zaman dahuku, pulau inni  dihuni oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada hasil laut. Aktivitas perikanan menjadi tulang  punggung ekonomi lokal sejak tahun 1970. Nelayan lokal, menangkap ikan dan hasil laut lainnya menggunakanperahu sederhana. Kehidupan masyarakat saat itu bergantung pada alam dan mereka memiliki kearifan lokal dalam menjaga kelestarian laut.Â
Seiring berjalannya waktu, pulau pasaran mulai mengalami perubahan. Masuknya teknologi dan modernisasi membawa dampak signifikan terhadap cara masyarakat menjalankan aktivitas perikanan. Nelayan tradisional mulai beralih menggunakan alat tangkap yang lebih modern, seperti jaring dan kapal motor. Perubahan ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dalam menangkap ikan, tetapi memperluas jangkauan penangkapan. Masyarakat mulai merasakan peningkatan pendapatan, yang berdampak positif pada kualitas hidup mereka. Pada tahun 2020 kementerian kelautan dan perikanan membuat inovasi program yaitu kampung nelayan maju. Pulau pasaran menjadi salah satu penerima program dari KKP yang telah melalui kajian lingkungan hidup, kajian ekonomi, dll. Di indonesia sendiri sudah terdapat sekitar 79 kampung nelayan maju yang tersebar dipenjuru pesisir indonesia. Dan pada tahun 2023 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memiliki program lanjutan yang bernama kampung nelayan modern (Kalamo) dari 79 kampung nelayan maju hanya 53 yang mengikuti seleksi menjadi kampung nelayan modern. Di tengah tantangan yang dihadapi pulau pasaran memiliki inovasi tersendiri dimana para nelayan pencari ikan dan pengolah ikan berinovasi untuk merebus ikan sebelum di bawa ke daratan untuk diolah menjadi ikan asin. Dan nelayan pula mulai menerapkan praktik perikanan yang berkelanjutan. Mereka membentuk kelompok nelayan yang fokus pada konservasi laut, melakukan pelatihan peningkatan keterampilan dan pengetahuan tentang pengelolaan sumber daya. Dukungan dari stakeholder tidak bisa dipungkiri dalam perubahan yang dialami oleh pulau pasaran.
Perubahan yang signifikan ini menjadikan pulau pasaran dari kampung nelayan maju menjadi kampung nelayan modern. Untuk mendapatkan bantuan program pemerintah tentang kampung nelayan modern, pulau pasaran telah melakukan beberapa kajian ulang. Dengan dukungan pemerintah dan lembaga non-pemerintah, Pulau Pasaran bertransformasi dari kampung nelayan tradisional menjadi kampung nelayan modern. Pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, fasilitas pengolahan hasil laut, dan akses pendidikan yang lebih baik, menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Â
Pada saat ini, Pulau Pasaran tidak hanya dikenal sebagai kampung nelayan, tetapi juga sebagai model keberlanjutan dan modernitas dalam pengelolaan sumber daya. Masyarakat setempat terus berinovasi, menggabungkan tradisi dengan teknologi modern. Dengan semangat kolaborasi dan kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan, Pulau Pasaran menjadi contoh bagaimana sebuah komunitas dapat beradaptasi dan berkembang dalam menghadapi perubahan zaman tanpa mengabaikan akar budaya mereka.