Kegiatan Program
Program Destana melibatkan beberapa kegiatan, antara lain:
- Pengkajian risiko bencana: Pengkajian risiko bencana dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat.
- Mitigasi bencana: Kegiatan mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi dampak bencana.
- Pemetaan wilayah risiko bencana: Pemetaan wilayah risiko bencana dilakukan untuk mengetahui jenis dan lokasi bencana yang potensial.
- Â Kegiatan pencegahan: Kegiatan pencegahan dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana.
- Kesiapsiagaan: Kegiatan kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan masyarakat siap menghadapi bencana.
- Tanggap darurat: Kegiatan tanggap darurat dilakukan untuk memulai penanggulangan bencana segera setelah terjadinya bencana.
- Pemulihan: Kegiatan pemulihan dilakukan untuk memulihkan dampak bencana yang telah terjadi.
Implementasi di Lapangan
Implementasi program Destana dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Misalnya, di Kabupaten Kulon Progo, telah dibentuk 38 desa tangguh bencana hingga bulan Juni 2019, dengan rencana pembentukan 2 desa tangguh bencana baru di Desa Gotakan dan Desa Cerme Kecamatan Panjatan.
- Kekurangan dan Ketidakberhasilan
Meskipun program Destana memiliki tujuan yang baik, namun ada beberapa kekurangan dan ketidakberhasilan dalam implementasinya. Penelitian yang dilakukan di Desa Sukaraksa, Kecamatan Cigudeg, Bogor, menemukan bahwa program Destana masih menghadapi beberapa tantangan, seperti kekurangan pengetahuan dan kemampuan kesiapsiagaan masyarakat.
Dengan demikian, program Destana merupakan upaya yang signifikan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi dan mengurangi risiko bencana, namun perlu ditingkatkan lagi dalam implementasinya untuk mencapai hasil yang lebih optimal.
Â
KESIMPULAN
Manajemen bencana di Indonesia menjadi perhatian penting mengingat risiko bencana yang tinggi akibat posisi geografis yang rawan terhadap gempa bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung berapi. Pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan mitigasi dan kesiapsiagaan, namun implementasi di lapangan masih memerlukan penguatan lebih lanjut.Â
Partisipasi aktif masyarakat menjadi elemen kunci dalam mengurangi risiko bencana, dengan pendekatan berbasis komunitas yang mendorong peran masyarakat dalam manajemen sumber daya alam dan kesiapsiagaan terhadap bencana.
Tahapan manajemen bencana yang meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan harus dijalankan secara sistematis agar dampak bencana dapat diminimalisir. Program-program seperti Pooling Fund Bencana (PFB) dan Desa Tangguh Bencana (Destana) menunjukkan komitmen pemerintah dalam memperkuat kapasitas tanggap bencana di berbagai daerah.Â