"Aku benci kamu, Nan!" umpatnya lirih.
Sementara itu pula, Ayah, Bunda, dan Kak Reza mengobrol bersama di ruang tamu. Sedangkan aku beristirahat di kamarku. Ternyata, Kak Reza menceritakan tentang penyakitku kepada mereka berdua tanpa sepengetahuanku.
"Om, Tante, ada yang Nanda rahasiakan dari kalian. Biar saya bocorkan sebelum terlambat...."
"Maksud kamu???"
* * *
Keesokan harinya, aku berangkat sekolah dengan Kak Reza. Aku pun terkejut karena itu terjadi tiba-tiba. Setelah sampai di sekolah, fenomena buruk langsung kusaksikan. Banyak yang memandangku benci karena berjalan bersama Kak Reza sang ketua OSIS dan tentu juga banyak yang mencibirku. Anehnya, kenapa baru sekarang? Padahal sejak hari-hari lalu mereka sudah tahu kalau aku dan Kak Reza berteman.
Aku dan Kak Reza lalu menghampiri keramaian area mading sekolah. Ternyata ada beberapa foto, tepatnya fotoku yang di bawahnya berisi tulisan 'Nanda manusia munafik' disertai beberapa alasannya. Termasuk fitnah-fitnah bahwa aku telah merebut pacar orang.
"Ih Nanda! Lo baru jadi kelas sepuluh aja udah gitu tingkahnya!"
"Munafik banget sih lo jadi sahabat! Kasian Fara. Nggak peka banget sih lo..."
Kak Reza langsung menyobek sampah-sampah di mading itu secara paksa. Ia terlihat marah dan langsung menanyakan kepada murid di situ tentang siapa yang berani memajangnya.
"Mana kita tahu... Yang di sini OSIS siapa cobaa?" sewot mereka.
"Anggota OSIS nggak ada yang menyebarkan berita hoax kayak gini, paham?! Bubar!!!"