Munculnya budaya bahwa gangguan mental adalah hal yang menarik dan estetik di media sosial membuat self-diagnose meningkat.Â
Para remaja menganggap bahwa kehidupan "normal" itu arus utama sehingga ingin terlihat lebih keren dengan titel gangguan mental.Â
Padahal, justifikasi negatif terhadap diri sendiri inilah yang kemudian menjadi akar dari tindakan self-diagnose.Â
Sebenarnya, yang dibutuhkan oleh kita adalah self-awareness bukan self-diagnose.Â
Self-awareness membuat diri lebih waspada akan apa yang sedang dialami oleh tubuh kita.Â
Melalui itu, kemudian kita mulai mencari-cari informasi terkait kondisi diri dan profesional untuk penanganan lebih lanjut.Â
Mencari bantuanÂ
Saat kita merasa diri tidak baik-baik saja dan cocok dengan kondisi yang dijelaskan oleh situs daring, hal yang sangat perlu dilakukan adalah berkonsultasi dengan profesional.Â
Saat ini, kemajuan HealthTech membuat telemedicine menjadi alternatif untuk berkonsultasi.Â
Selain telemedicine, kita juga dapat mencurahkan segala pikiran dan masalah ke orang yang dipercaya.Â
Atau, kita dapat melampiaskan dengan menuliskannya di buku catatan.