Kutatap si kecil arum yang sudah melepaskan pelukannya dikaki kananku “kira-kira cocok gak klo aa sama teteh?” senyumku sambil mencubit hidung kecil arum.
“cocoook.....” sorak girang sikecil arum.
Ekor mataku mencoba menangkap ekspresi permata. Melihat lekat raut wajahnya yang mendadak bersemu merah.
“aku pulang dulu ta... aku datang sebentar cuma ingin mengatakan hal ini... aku akan sering datang kesini untuk menemuimu”
permata masih tak menjawab. Entah masih tercekat tak tahulah. Aku pamit ke arum sambil mengucek-ngucek rambutnya kemudian Berdiri dan melemparkan senyum untuk permata. Senyum yang mengartikan bahwa aku akan berusaha untuk mendapatkannya.
Dan sejujurnya saat aku berbalik dan melangkahkan kaki rasanya langkahku terasa sangat ringan. Perasaan bahagia merambat ke seluruh bagian jiwa dan pikiran. Membuat aku tersenyum dan bergumam riang,
“oke tian...segalanya baru saja dimulai... ”
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
P.S: setoran untuk kampung fiksi. total 9 halaman spasi double, times new roman 12 dengan total kata 1.337
chapter-chapter sebelumnya kisah tian dan permata (SEMUA PASTI INDAH PADA WAKTUNYA):
chapter 4 : like father like son...
chapter 3 : dan dua tali takdir itu telah dipilin kembali...
chapter 2 : malam penuh doa mendesahkan namanya (cerita permata)
chapter 1 : penggalan cinta untuk seorang wanita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H