nyaris tersedak egi dibuatnya. Yah bagi egi ini adalah urusan besar (mengingat sekian lama aku curhat dan selalu menceritakan tentang permata”.
“dimana? Terus ngomong apa aja lu? Kok ampe bisa lu ketemu ma dia?” egi yang mulai penasaran memberondongku dengan pertanyaan.
“gue ketemu dia gak sengaja di salah satu panti asuhan. Dia relawan disana.... dan lu tau, gue baru saja bertemu gue malah dapat info kalau dia akan segera menikah dua bulan lagi” suaraku kering dan hambar saat sampai pada bagian M-E-N-I-K-A-H.
Respon pertama egi ialah helaan nafas panjang. Meneguk minumannya. Diam beberapa saat. Kemudian berkata pelan dengan intonasi mantap.
“terus lu mau gimana?” hati-hati sekali egi bertanya.
“justru itu yang gue bingung. Sekian lama gue mimpi bisa ketemu dia, sekian lama gue ngarep dapat kesempatan kdeua untuk deket dia. Dan yang gue dapet cuma kenyataan dia akan segera menikah. Gue bingung musti gimana” Yah kali ini aku meminta pendapat langsung dari egi. Tak ada salahnya.
“heh, lu inget gak janji lu yang berkali-kali lu ceritain ke gue? Lu minta dipertemukan ma dia bukan? Mau usaha untuk dapat kesempatan kalau nanti bertemu dia bukan? Lu dah dikasih bertemu dan menurut gue ini cobaan buat elu. Sejauh mana lu bisa mempertanggungjawabkan apa yang lu minta. Dah dikasih apa lu berani usaha untuk dapat kesempatan lagi? Come on, ini bukan TIAN NUGRAHA yang gue kenal! Mau dia segera menikah bodo.. yang penting belum jadi bini orang! Usaha mamen..usaha... lu tuh beruntung dah dikasih kesempatan”
Alamak, aku tercekat. Mendadak egi bersemangat begini menasehatiku padahal belum 15 menit tadi masih misuh-misuh merasa terganggu akan kedatanganku.
Tapi pelan-pelan kata-kata itu masuk kedalam otakku. Benar kata egi. Bukankah sedari dulu aku berdoa untuk bisa bertemu dengan permata? Berjanji akan berusaha sekuat tenaga supaya bisa mendapatkan kesempatan kedua. Dan setelah diberikan kenapa aku malah surut? Mereka belum menikah dan mungkin malah pernikahan ini adalah tantangan atas apa yang aku minta.
Kulihat egi yang masih santai (tapi bertampang serius) menyeruput minumannya.
“thanks bro.. gue asli kalut.. dan hampir saja gue jadi pengecut lagi kalau gue gak cerita ke elu”.