Mohon tunggu...
Median Editya
Median Editya Mohon Tunggu... lainnya -

penyuka beladiri dan sastra. calon guru teknik yang dicemplungin NASIB ke dunia perbankan..well, life always have a twisting plot rite ?

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Tak Mau Lari Lagi...

2 Januari 2011   07:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:02 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“waalaikumsalam....” satu sosok jelita keluar dari dalam bersama satu sosok anak kecil.

“aa.... aa datang....” ternyata si kecil arum. Langsung menghambur dan melakukan kebiasaannya menggelendot manja dikakiku.

“hai.....” yah siapa lagi sosok satunya kalau bukan sosok permata.

Permata hanya mengangguk sedikit. Tertegun, mungkin tak menyangka sepagi ini aku akan nangkring dipanti.

Kuhela nafas panjang (mencoba mengumpulkan seluruh keberanian). Oke Tian, ini waktunya untuk mengatakan beberapa hal....

“bisa kita berbicara sebentar?”

Permata lagi-lagi hanya diam. Tak bergerak. Hadeeeuh, tampaknya mau tak mau aku harus mengatakannya disini. Walau ada kemungkinan kang yayat atau teh lilis mendengar. Walau saat ini si kecil arum masih menggelendot manja dan pasti mendengar.

“aku.....aku akan mengejarmu...”

“Aku tau kalau dulu aku menghilang karena ketidaksanggupanku untuk mengejar dan mencoba mendapatkanmu. Pengecut. Yah itulah aku. Kepengecutan yang sejujurnya menjadi sesalku yang paling dalam selama beberapa tahun kita tidak bertemu. Dan saat ini.. saat aku diberikan kesempatan denganmu, aku tak akan lari lagi... aku tak peduli kamu akan segera menikah dua bulan lagi..aku sama sekali tak peduli..untuk sekali ini aku akan mengejarmu sampai benar-benar habis waktunya..mencoba meraih kesempatan kedua...karena...... AKU CINTA kamu...”

Semua perasaan itu bertransformasi dalam kata-kata dan meluncur begitu saja. Setelah sekian lama diam dan menggumpal akhirnya setelah “pencerahan” dini hari tadi, aku berani mengatakan hal ini..

“aa suka teteh?” suara si kecil arum mendadak terdengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun