Contoh kasus kedua datang dari M, seorang remaja perempuan berusia 17 tahun. Pacar M melakukan kekerasan seksual dan ekonomi dalam menjalankan hubungan dengan M. M mengaku seringkali bertengkar dengan pacarnya hingga dipukul dan ditendang hingga memar. Pacar M juga sering meminta uang kepada M, bahkan mengambilnya secara paksa dan hanya disisakan 10.000, menyuruh M untuk membayar uang bensin, dan mengisikan pulsa. Selain tu, M pernah dipaksa untuk memuaskan nafsu pacarnya dengan membuka bajunya secara paksa. Meskipun sudah mengalami kekerasan dalam pacarana, M tidak melaporkannya kepada pihak berwajib dan terus berhubungan dengan pacarnya.
- Analisis menggunakan Teori Psikoanalisa Sigmund Freud
Sigmund Freud menjelaskan tiga struktur kepribadian, yaitu Id, Ego, dan Superego.[10] Id merupakan insting atau keinginan dari dalam diri yang nantinya akan diolah dalam ego. Ego adalah tempat mempertimbangkan keinginan-keinginan yang berasal dari Id dan tempat untuk merasionalkan keinginan-keinginan tersebut, apakah memungkinkan untuk didapatkan atau tidak. Sedangkan Superego merupakan tempat untuk merealisasikan keinginan-keinginan sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
Hubungan dengan contoh kasus di atas adalah dimana korban sudah menerima kekerasan dalam pacaran yang dilakukan oleh pacarnya, namun bukannya menghentikan hubungan, mereka tetap melanjutkan hubungannya karena dibutakan oleh cinta. Di sini terlihat bahwa Id kedua korban lebih kuat dibanding Superego. Jika Superego lebih kuat, maka selayaknya orang yang telah disakiti, korban akan memutuskan hubungan, menghindari pelaku, atau bahkan melaporkan perbuatannya pada pihak yang berwajib. Namun jangankan melaporkan, korban malah menutupi dan tetap berusaha mempertahankan hubungannya. Hal ini dapat disebabkan oleh sikap manipulatif yang dilakukan pasangannya.
KESIMPULAN
Kekerasan dalam pacaran (KDP) banyak terjadi di kalangan remaja, antara lain dapat disebabkan oleh faktor eksternal seperti pendidikan dan pola asuh orang tua, permasalahan keluarga, dan pengaruh lingkungan pertemanan, juga oleh faktor internal seperti emosi yang belum stabil dan cara berpikir remaja yang belum matang.
Dapat diketahui pula bahwa kekerasan dalam pacaran memiliki banyak bentuk baik secara langsung maupun tidak langsung, mulai dari hal kecil seperti melontarkan celaan atau nama panggilan, melakukan pemerasan secara ekonomi, hingga melakukan kekerasan yang berakibat luka secara fisik.
Dalam bentuk apapun, kekerasan dalam pacaran tidak seharusnya terjadi di setiap kalangan, dalam tulisan ini, bagi remaja. Sebelum menjalin hubungan, individu memerlukan pemahaman mengenai apa itu pacaran, untuk apa menjalin sebuah hubungan pacaran, dan tujuan apa yang akan dicapai dalam menjalani hubungan tersebut.
Tentu akan banyak masalah, konflik, dan perbedaan pendapat, namun kekerasan bukanlah jalan yang benar untuk menyelesaikannya. Seperti yang sudah sering kita dengar, bahwa kunci berjalannya sebuah hubungan dengan baik adalah komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Achi Sudiarti. (2000). Pemahaman Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahanya. Jakarta: Alumni.
Annisa Rifka. (2008). Kekerasan dibalik Cinta. Yogyakarta: Rifka Annisa Women's Crisis Center.