Mohon tunggu...
Dali Budaya
Dali Budaya Mohon Tunggu... Lainnya - Seranting ringkih tak benalu

Bocah ngawur dengan tulisan babak belur.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pitang Pelitung

29 Oktober 2024   15:22 Diperbarui: 29 Oktober 2024   15:51 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pitung tiba di puncak sampah, untuk kemudian mengais tumpukan daun dan plastik busuk dengan tangan mungilnya. Ia terus menggali, siapa tahu ada sisa tanah gembur yang ikut terbawa arus banjir. Sesekali tangannya mendadak tersengat perih. Rupanya tak sengaja mengenai pecahan beling. Pitung mengabaikan luka untuk terus menemukan tanah gembur.

Tidak ada. Yang ada memang cuma lumpur. Ia tak punya pilihan selain menampung lumpur itu kembali ke puncak dan menumpuknya seperti bukit mini. Dengan jari penuh borok dan kotoran, ditanamnya setangkai bunga randa tapak pada lumpur dan tumpukan sampah. “Cantikku akan tumbuh subur,” gumamnya, walaupun ia tahu, di tempat ini, yang lebih mungkin tumbuh adalah penyakit kudis.

Disitulah Pitang Pelitung duduk bersila, di atas tumpukan sampah berlumpur, menatap Si Cantik. Ia tak peduli dengan dunia yang bobrok ini, yang penting dia punya Si Cantik. Ia melamun Si Cantik akan membawanya pada dunia yang surgawi. Dunia yang wangi. Si Cantik akan tumbuh besar dan subur, tak peduli ia dibenamkan pada lumpur jorok. Ia sudah tak sabar untuk menyambut dunia yang wangi. Ia akan terus duduk disitu. Ia akan terus menunggu, sampai Si Cantik tumbuh.

Akankah?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun