Media cetak dan elektronik terus-menerus memberitakan Nadiem. Menteri termuda yang kini menjadi media darling. Presiden Jokowi terlihat begitu yakin dengan kemampuan Nadiem. Bahkan, sejak ia belum diangkat sebagai pembantunya.
Tak ada diskusi se-intens yang dilakukan Jokowi kepada calon-calon menterinya, kecuali dengan Nadiem. Ia menjadi menteri yang berbeda.
Saya yakin ia sungguh-sungguh menerima amanat itu. Bahkan, Nadiem hanya mau jadi Mendikbud, bukan menteri lainnya, katanya. Belakangan kita tahu, ternyata telah lama ia menaruh perhatian dan minat besar pada bidang pendidikan. Jauh sebelum orang mengenalnya sebagai CEO perusahaan startup yang fenomenal itu.
Mungkin setidaknya, ia sudah mengantongi beberapa akar masalah pendidikan kita dari sudut pandangnya.
Belakangan ini, ia mulai berani berbicara langsung kepada publik. Ia mulai berbicara tentang rencana yang akan dilakukannya.
Sekarang ia mengarahkan perhatiannya kepada: Perombakan Kurikulum.
Isu yang membuat sebagian masyarakat dan pelaku perbukuan menjadi waswas.
Pencapaian skor PISAÂ (Programme for International Students Assessment) kita yang baru dirilis, menjadi penguat bahwa harus ada terobosan signifikan dalam pendidikan kita. Ranking PISA kita tahun 2018 masih jeblok. Berada 10 besar dari bawah. Bahkan, lebih rendah ketimbang tahun sebelumnya.
PISA, Anda tahu, adalah studi untuk mengukur prestasi skolastik siswa yang berusia 15 tahun dari 77 negara. Pada bidang Matematika, Sains, dan Membaca.
Buruknya skor PISA itu yang menjadi salah satu alasan: Ada yang salah dengan pembelajaran kita. Pada kurikulum kita.
Belakangan ini, Nadiem mengungkap kembali tentang rencananya menyederhanakan kurikulum.