Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepincuk Gendar Pecel (Dalam Bayangan Mimpi)

27 Mei 2023   18:00 Diperbarui: 27 Mei 2023   18:06 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lumayanlah...aku bisa melihat dari dekat kebuasan-kebuasan mereka. Aku bisa pancing dengan ikan segar mungkin, bagaimana mereka bergerak lincah mengikuti insting mereka meredakan gejolak dan ambisinya. Saat terbaik berbagi cerita, jika tidak sekarang mungkin aku takkan pernah tahu karena seseorang yang mau tahu tidaklah berarti harus tahu sekarang.

Terang...selama ini aku cuman lihat kelihaian dan kecerdikan mereka dari sirkus. Aku tidak pernah tahu awalnya, bagaimana terjadinya proses yang demikian cepat menyatu. Dari sana aku berharap dapat menyatukan visi dan misi ke depan.

Di sana ada macan, singa, gajah, juga keras dan monyet dan lain-lain. Pokoknya ada dalam satu kandang dan terkadang membuat aku iri dan tak bisa berbangga diri.

Sebentar...dalam kesementaraan aku lihat gerak lamban mereka. Tidak ada darah, tak ada pula air mata...itulah jawabannya. Aku sempat berpikir, karena bantuan tangan kitalah mereka jadi seperti itu, tapi kenapa kita tidak? Apakah perlu mereka yang ganti balas jasa melatih kita? aku kira kita tak perlu malu jika memang itu jalan yang terbaik, karena adanya apa yang terjadi pastilah ada yang menyebabkan terjadinya.

Mata...agaknya mata ini yang hanya mampu memandang. Dan aku berusaha untuk memandang ke arah yang lain pada saat bersamaan...saat bersamaan bukan sekali tempo atau satu persatu.

Saking penasarannya, aku ingin berteriak sekencang dan sekeras-kerasnya. Aku ingin seluruh penghuni tempat ini dengar keluh dan kesahku yang tak berkesudahan. Aku ingin dan aku ingin redakan kedukaanku yang kalau aku biarkan bakal menjelma jadi amarah.

Jika aku marah, tentu orang-orang akan dapat bercerita...tapi bagaimana bila saatnya tiba 'mereka' yang marah? Sebelum kita berpikir sejauh itu untuk ke arah sana, apakah mereka pernah memulai marah-marah sebelum kita yang memarahi mereka?

WAKTU

(Ku...ku..ruyuk...!)

Itulah bunyinya. Ayam jantan berkokok dan akupun berkoar hari telah pagi. Aku benahi selimutku dan kemudian aku gosok mukaku dan sekujur tubuh serta jiwa dan raga dengan air suci dan mensucikan.

Karena aku tinggal seorang diri, aku mulai dari diriku sendiri. Udara pagi, kapan lagi kalau bukan di pagi hari...pikirku waktu itu. Kalau enam jam ke depan, namanya bukan lagi pagi, jadi apa yang kutunggu...apa yang akan kutunggu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun